Meski matahari sudah diseperempat langit, sinarnya masih saja garang memanasi isi bumi. Perubahan cuaca yg tidak menentu begini, sulit untuk diperkirakan : apakah kita tengah dimusim hujan atau musim panas, padahal dua hari yg lalu kota ini baru saja diguyur hujan lebat.
Sungguh tdk bisa dipungkiri, kuasa Allah yg mengatur alam dan isinya. Dan ketika panas yg seakan membakar kulit ini, boleh jadi manusia dan makhluk lainnya tengah diuji. Diuji kesabaran hambanya, sejauh mana ketaatan itu masih tetap terpatri.
Dari salah satu pintu gerbang sebuah pabrik, terlihat para pekerja pabrik yg berhamburan keluar. Adalah waktunya untuk pulang. Tampak kelelahan diwajah mereka, namun hati mereka menjadi lega karena aktifitas yg menjemukan dalam pabrik itu telah selesai. Sampai diluar gedung, mereka mengernyitkan kening saat merasakan teriknya matahari. Oh, beginilah nasib sebagai buruh pbrik.
Aku mengiringi langkah para pekerja lain, yg kebanyakan kaum wanita yg rata2 berumur 20-30 thn. Usia muda yg memiliki tenaga yg kuat. Memang pabrik yang memproduksi segala jenis pakaian ini lebh didominasi oleh kaum hawa yang memiliki keterampilan menjahit. Sementara aku sendiri sebagai tenaga mekanik yg berkutat dgn mesin jika sewaktu waktu mesin jahit rusak.
Pinggiran kota ini adalah kawasan pbrik. Pembangunan pabrik-pabrik tumbuh dgn subur. Lahan-lahan kosong warga setempat telah terjual dan disulap menjdi bangunan megah. Sungguh investasi asing dinegeriku ini bergerak maju. Bagi penguasa, mungkin dengan banyaknya investasi asing yg menanam modal maka semakin banyak peluang terbukanya lapangan kerja. Memang benar, aku sendri bisa menikmati hasilnya. Setidaknya dapat memenuhi kebtuhanku sehari hari. Sebagian pula kukirim buat ibu yg juga sebagai buruh tani dikampung dan adik-adikku pun bisa kembali sekolah. Tapi disisi lain, kehadiran asing menjadi tanda tanya akan keberadaannya. Aku melihat negeriku seperti nyaris mati oleh penguasa yg tidak mampu menyelesaikan persoalan hdup rakyatnya. Tengoklah keberadaan asing dinegeri ini, yg menorehkan luka yg menyayat hati. Sumber-sumber kekayaan alam yg seharusnya untuk kepentingan rakyat telah dieksploitasi oleh mereka. Perusahaan-perusahaan negara telah diprivatisasi. Kepemilikan beralih ketangan asing.
Dan untuk para buruh sendri yg bekerja dipabrik2 dipekerjakan seperti sapi perahan. Tenaga buruh dibayar murah. Tak dihiraukan hak haknya.Dipandang sebelah mata. Pemilik perusahan selalu berargumentasi. Kami sedang memproses. Kami sedang menggodok apa yg menjdi permintaan kalian, kilahnya.
Pertanyaannya: haruskah buruh menunggu proses yg demikian lama sementara kesakitan, kelaparan dan kematian ada didepan mata?
Mungkin tepat kalau dikatakan bahwa buruh tengah dijajah dgn cara yg picik dan licik. Mungkin kita sudah merdeka. Dan kita telah bebas dari penjajahan fisik. Tapi kita tidak menyadari kalau kita tengah dijajah dalam bentuk lain. Bayangkan, sudah puluhan tahun kita menjalaninya tanpa hasil yg mengembirakan. Kalau demikian, mengapa kita harus berdiam diri?
Yah..mungkin orang seperti aku, membicarakan hal seperti ini tidak akan dianggap. Dengan profesiku sebagai buruh pabrik ditambah pendidikan rendh, yang hanya mengandalkan tenaga dan kekuatan, otomatis akan dianggap sebagai angin lalu. Dan yg pasti aku menyadari sepenuhnya siapa diriku.
Apa yg kurasa, kualami, kutumpahkan semua setidaknya dapat membakar emosi, mengobar semangat sekaligus mengetuk pintu hati untuk tidak berdiam ditempat.
Pukul 17.00 aku keluar dri pintu gerbang pabrik. Aku pulang menuju kontrakan yang berukuran 3x2 meter, yang kusewa tiap bulan. Rasanya tempat inilah yang nyaman bagiku untuk melepas kepenatan. Kelelahan. Tempat untuk berbagi keluh kesah, bersenandung sendu, merintih dan menangis sendiri. Disinilah tempat aku menggali inspirasi. Mencoba memaknai sebuah perjalanan hdup. Seraya merebahkan badan menatap langit kamar seolah menembus langit bumi lalu berkeluh kesah dgn Sang Pencipta. Meratapi dan menyesali kesalahan dgn memohon ampun untuk setiap jengkal noda yg diperbuat.
Teman2 kontrakan menyambutku. Mereka sedang sibuk menyiapkan acara besok. Owh.. Baru sadar kalau besok adalah " may day ". Hatiku tergugah dan terpanggil untuk berpartisipasi dengan mereka yang senasib denganku. Akan ada pawai dan konvoi motor menuju kantor Pemda setempat. Moment ini tidak akan kulewatkan. Akan kusematkan semangat yang kokoh dihatiku dalam mengiringi langkah kawan-kawan yang brjuang membela nasib kaum buruh. Bravo teman2 seperjuangan ! ! !
Sungguh tdk bisa dipungkiri, kuasa Allah yg mengatur alam dan isinya. Dan ketika panas yg seakan membakar kulit ini, boleh jadi manusia dan makhluk lainnya tengah diuji. Diuji kesabaran hambanya, sejauh mana ketaatan itu masih tetap terpatri.
Dari salah satu pintu gerbang sebuah pabrik, terlihat para pekerja pabrik yg berhamburan keluar. Adalah waktunya untuk pulang. Tampak kelelahan diwajah mereka, namun hati mereka menjadi lega karena aktifitas yg menjemukan dalam pabrik itu telah selesai. Sampai diluar gedung, mereka mengernyitkan kening saat merasakan teriknya matahari. Oh, beginilah nasib sebagai buruh pbrik.
Aku mengiringi langkah para pekerja lain, yg kebanyakan kaum wanita yg rata2 berumur 20-30 thn. Usia muda yg memiliki tenaga yg kuat. Memang pabrik yang memproduksi segala jenis pakaian ini lebh didominasi oleh kaum hawa yang memiliki keterampilan menjahit. Sementara aku sendiri sebagai tenaga mekanik yg berkutat dgn mesin jika sewaktu waktu mesin jahit rusak.
Pinggiran kota ini adalah kawasan pbrik. Pembangunan pabrik-pabrik tumbuh dgn subur. Lahan-lahan kosong warga setempat telah terjual dan disulap menjdi bangunan megah. Sungguh investasi asing dinegeriku ini bergerak maju. Bagi penguasa, mungkin dengan banyaknya investasi asing yg menanam modal maka semakin banyak peluang terbukanya lapangan kerja. Memang benar, aku sendri bisa menikmati hasilnya. Setidaknya dapat memenuhi kebtuhanku sehari hari. Sebagian pula kukirim buat ibu yg juga sebagai buruh tani dikampung dan adik-adikku pun bisa kembali sekolah. Tapi disisi lain, kehadiran asing menjadi tanda tanya akan keberadaannya. Aku melihat negeriku seperti nyaris mati oleh penguasa yg tidak mampu menyelesaikan persoalan hdup rakyatnya. Tengoklah keberadaan asing dinegeri ini, yg menorehkan luka yg menyayat hati. Sumber-sumber kekayaan alam yg seharusnya untuk kepentingan rakyat telah dieksploitasi oleh mereka. Perusahaan-perusahaan negara telah diprivatisasi. Kepemilikan beralih ketangan asing.
Dan untuk para buruh sendri yg bekerja dipabrik2 dipekerjakan seperti sapi perahan. Tenaga buruh dibayar murah. Tak dihiraukan hak haknya.Dipandang sebelah mata. Pemilik perusahan selalu berargumentasi. Kami sedang memproses. Kami sedang menggodok apa yg menjdi permintaan kalian, kilahnya.
Pertanyaannya: haruskah buruh menunggu proses yg demikian lama sementara kesakitan, kelaparan dan kematian ada didepan mata?
Mungkin tepat kalau dikatakan bahwa buruh tengah dijajah dgn cara yg picik dan licik. Mungkin kita sudah merdeka. Dan kita telah bebas dari penjajahan fisik. Tapi kita tidak menyadari kalau kita tengah dijajah dalam bentuk lain. Bayangkan, sudah puluhan tahun kita menjalaninya tanpa hasil yg mengembirakan. Kalau demikian, mengapa kita harus berdiam diri?
Yah..mungkin orang seperti aku, membicarakan hal seperti ini tidak akan dianggap. Dengan profesiku sebagai buruh pabrik ditambah pendidikan rendh, yang hanya mengandalkan tenaga dan kekuatan, otomatis akan dianggap sebagai angin lalu. Dan yg pasti aku menyadari sepenuhnya siapa diriku.
Apa yg kurasa, kualami, kutumpahkan semua setidaknya dapat membakar emosi, mengobar semangat sekaligus mengetuk pintu hati untuk tidak berdiam ditempat.
Pukul 17.00 aku keluar dri pintu gerbang pabrik. Aku pulang menuju kontrakan yang berukuran 3x2 meter, yang kusewa tiap bulan. Rasanya tempat inilah yang nyaman bagiku untuk melepas kepenatan. Kelelahan. Tempat untuk berbagi keluh kesah, bersenandung sendu, merintih dan menangis sendiri. Disinilah tempat aku menggali inspirasi. Mencoba memaknai sebuah perjalanan hdup. Seraya merebahkan badan menatap langit kamar seolah menembus langit bumi lalu berkeluh kesah dgn Sang Pencipta. Meratapi dan menyesali kesalahan dgn memohon ampun untuk setiap jengkal noda yg diperbuat.
Teman2 kontrakan menyambutku. Mereka sedang sibuk menyiapkan acara besok. Owh.. Baru sadar kalau besok adalah " may day ". Hatiku tergugah dan terpanggil untuk berpartisipasi dengan mereka yang senasib denganku. Akan ada pawai dan konvoi motor menuju kantor Pemda setempat. Moment ini tidak akan kulewatkan. Akan kusematkan semangat yang kokoh dihatiku dalam mengiringi langkah kawan-kawan yang brjuang membela nasib kaum buruh. Bravo teman2 seperjuangan ! ! !
Original Posting By : Israk Pedro
http://www.facebook.com/profile.php?id=100000172778279
Anda Akan Menyukai ini :
Literatur Ekonomi | Ekonomi Mikro | Buku Komputer | Buku Gratis | Kumpulan Buku | Contoh Makalah | Makalah Management | Makalah Manajemen | Ekonomi Islam | Ilmu Ekonomi | Sistem Ekonomi Indonesia | Free Novels | Novel Melayu | Sistem Informasi Akuntansi | Ilmu Akuntansi | Buku Akuntansi | Dasar Akuntansi | Jurnal Akuntansi | Artikel Akuntansi | Laporan Keuangan Perusahaan Jasa | Skripsi Akuntansi | Sistem Informasi Manajemen | Artikel Manajemen | Manajemen Sumber Daya Manusia | Manajemen Pemasaran | Konsep Dasar Manajemen | Cerpen Indonesia | Cerpen Remaja | Cerpen Cinta | Novel Cerpen | Motivasi Diri | Politik Amerika | Psikologi Anak | Psikologi Sosial | Psikologi Pendidikan | Psikologi Remaja | Pengertian Psikologi | Artikel Ekonomi
0 komentar:
Post a Comment