Pengantar
Pembedaan antara modal kerja dalam artian sama dengan aktiva lancar di satu fihak, dan modal kerja sebagai selisih antara aktiva lancar dengan passiva lancar di lain fihak, dijumpai hampir di semua buku teks dalam bidang pembelanjaan perusahaan. Namun demikian, menurut pengamatan penulis, dalam literatur tidak banyak dijumpai tulisan yang menonjolkan peranan modal kerja dalam artian kedua. Bahkan tidak sedikit yang menyarankan untuk menggunakan istilah modal kerja dalam artian `gross' atau bruto dan bukan dalam artian 'net' atau neto, sekalipun untuk modal kerja dalam artian bruto sudah ada istilahnya yang cukup baik dan tidak mengaburkan , yaitu istilah aktiva lancar. Sedangkan di lain fihak, pengertian modal kerja dalam artian neto hanya dikenal istilah-istilah : modal kerja, modal kerja netto, `working capital' dan 'net working capital', di mana satu dengan lainnya sebagai istilah tidak terdapat perbedaan yang menonjol.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba mengungkapkan peranan modal kerja dalam artian neto. Dengan pertimbangan bahwa modal kerja dalam artian neto adalah sangat penting, sedangkan dilain pihak tidak ada istilah lainnya yang tidak menggunakan unsur kata modal kerja, maka penulis cenderung untuk menyarankan di gunakannya istilah 'modal kerja' bukan dalam artian 'gross working capital', melainkan dalam artian 'net working capital', seperti yang dilakukan oleh penulis dalam menyusun tulisan ini.
Pada bagian-bagian pertama penulis mencoba meninjau modal kerja dari berbagai segi. Pertama-tama penulis mencoba mengungkapkan bahwa modal kerja sebenarnya merupakan bagian dari sumber pembelanjaan jangka panjang; yaitu sumber pembelanjaan jangka panjang yang khusus berfungsi membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari. Selanjutnya penulis mencoba pula untuk mengungkapkan peranan modal kerja sebagai kendala aktiva lancar dan juga sebagai kendala hasil penjualan perusahaan.
Setelah itu barulah penulis dapat menguraikan tentang pengaruh besarnya modal kerja perusahaan terhadap tinggi rendahnya rasio operasi perusahaan. Dengan sendirinya dalam menerangkan masalah ini, dan juga dalam uraian-uraian berikutnya, digunakan asumsi bahwa kendala permintaan memberikan keleluasaan yang lebih longgar daripada keleluasaan yang dibatasi oleh kendala modal kerja.
Dengan menyadari peranan modal kerja terhadap tinggi rendahnya rasio operasi dan marjin laba operasi, penulis mencoba mengungkapkan bahaya ekspansi kapasitas produksi yang tidak disertai dengan meningkatnya modal kerja dengan jumlah yang cukup memadai.
Akhirnya, tulisan ini ditutup dengan mengetengahkan beberapa implikasi hasil pembahasan, khususnya implikasinya terhadap kebijaksanaan bank dalam bidang perkreditan dan juga implikasinya terhadap kebijaksanaan pembelanjaan perusahaan.
Modal Kerja Sebagai Sumber Pembelanjaan Jangka Panjang
Menurut pengamatan penulis, rupa-rupanya tidak sedikit di antara para pemikir dalam bidang perusahaan pada umumnya dan pembelanjaan perusahaan pada khususnya yang kurang menyadari bahwa esensi dari modal kerja terletak pada kenyataan bahwa modal kerja merupakan sumber pembelanjaan jangka panjang. Hal tersebut mungkin merupakan akibat dari penarikan kesimpulan yang kurang hati-hati dari defenisi modal kerja sebagai selisih antara nilai aktiva lancar dengan nilai passiva lancar. Oleh karena dalam defenisi tersebut baik variabel yang dikurangi (yaitu aktiva lancar) maupun variabel pengurang (yaitu passiva lancar) kedua-duanya menyandang predikat `lancar' yang mempunyai makna bahwa dalam kurun waktu kurang dari satu tahun akan mengalami perubahan, maka tendensinya sukar untuk dapat ditangkapnya kenyataan bahwa modal kerja sebenarnya merupakan sumber pembelanjaan jangka panjang, yaitu sumber pembelanjaan jangka panjang yang dipergunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari.
Untuk menjelaskan hal ini kita perhatikan Gambar 1, di mana neraca perusahaan kita gambar dalam bentuk diagram area. Mendasarkan pada 'accounting identity', nilai aktiva total ABKJ harus sama besarnya dengan nilai passiva total BCLK. Aktiva total ABKJ tersebut selanjutnya dapat kita bagi dua; yaitu ABGF sebagai aktiva lancar dan FGKJ sebagai aktiva tetap. Selanjutnya, passiva total sebesar BCLK kita bagi menjadi dua juga, yaitu passiva lancar sebesar BCED dan passiva tetap, yang dapat kita sebut pula passiva jangka panjang, sebesar DELK.
Sumber Penyebab Perubahan Modal Kerja
Memandang modal kerja sebagai sumber pembelanjaan jangka panjang lebih dapat kita hayati lagi apabila kita meninjau sumber-sumber penyebab perubahan modal kerja.
Tidak semua transaksi yang mengakibatkan berubahnya aktiva lancar atau berubahnya passiva lancar mengakibatkan perubahan pada besarnya modal kerja. Perolehan pinjaman jangka pendek dari Bank misalnya, tidak merubah besarnya modal kerja. Sebab sekalipun transaksi tersebut mengakibatkan meningkatkan nilai aktiva lancar, akan tetapi nilai passivapun meningkat pula dengan jumlah yang sama, sehingga besarnya modal kerja, yang merupakan selisih antara aktiva lancar total dengan passiva lancar, total tidak berubah.
Untuk Dapat Membaca lebih lanjut Silahkan Download :
Hubungan Kendala Modal Kerja Perusahaan Dengan Rasio Operasi Perusahaan: Suatu Pendekatan Teoritik.pdf
Pembedaan antara modal kerja dalam artian sama dengan aktiva lancar di satu fihak, dan modal kerja sebagai selisih antara aktiva lancar dengan passiva lancar di lain fihak, dijumpai hampir di semua buku teks dalam bidang pembelanjaan perusahaan. Namun demikian, menurut pengamatan penulis, dalam literatur tidak banyak dijumpai tulisan yang menonjolkan peranan modal kerja dalam artian kedua. Bahkan tidak sedikit yang menyarankan untuk menggunakan istilah modal kerja dalam artian `gross' atau bruto dan bukan dalam artian 'net' atau neto, sekalipun untuk modal kerja dalam artian bruto sudah ada istilahnya yang cukup baik dan tidak mengaburkan , yaitu istilah aktiva lancar. Sedangkan di lain fihak, pengertian modal kerja dalam artian neto hanya dikenal istilah-istilah : modal kerja, modal kerja netto, `working capital' dan 'net working capital', di mana satu dengan lainnya sebagai istilah tidak terdapat perbedaan yang menonjol.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba mengungkapkan peranan modal kerja dalam artian neto. Dengan pertimbangan bahwa modal kerja dalam artian neto adalah sangat penting, sedangkan dilain pihak tidak ada istilah lainnya yang tidak menggunakan unsur kata modal kerja, maka penulis cenderung untuk menyarankan di gunakannya istilah 'modal kerja' bukan dalam artian 'gross working capital', melainkan dalam artian 'net working capital', seperti yang dilakukan oleh penulis dalam menyusun tulisan ini.
Pada bagian-bagian pertama penulis mencoba meninjau modal kerja dari berbagai segi. Pertama-tama penulis mencoba mengungkapkan bahwa modal kerja sebenarnya merupakan bagian dari sumber pembelanjaan jangka panjang; yaitu sumber pembelanjaan jangka panjang yang khusus berfungsi membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari. Selanjutnya penulis mencoba pula untuk mengungkapkan peranan modal kerja sebagai kendala aktiva lancar dan juga sebagai kendala hasil penjualan perusahaan.
Setelah itu barulah penulis dapat menguraikan tentang pengaruh besarnya modal kerja perusahaan terhadap tinggi rendahnya rasio operasi perusahaan. Dengan sendirinya dalam menerangkan masalah ini, dan juga dalam uraian-uraian berikutnya, digunakan asumsi bahwa kendala permintaan memberikan keleluasaan yang lebih longgar daripada keleluasaan yang dibatasi oleh kendala modal kerja.
Dengan menyadari peranan modal kerja terhadap tinggi rendahnya rasio operasi dan marjin laba operasi, penulis mencoba mengungkapkan bahaya ekspansi kapasitas produksi yang tidak disertai dengan meningkatnya modal kerja dengan jumlah yang cukup memadai.
Akhirnya, tulisan ini ditutup dengan mengetengahkan beberapa implikasi hasil pembahasan, khususnya implikasinya terhadap kebijaksanaan bank dalam bidang perkreditan dan juga implikasinya terhadap kebijaksanaan pembelanjaan perusahaan.
Modal Kerja Sebagai Sumber Pembelanjaan Jangka Panjang
Menurut pengamatan penulis, rupa-rupanya tidak sedikit di antara para pemikir dalam bidang perusahaan pada umumnya dan pembelanjaan perusahaan pada khususnya yang kurang menyadari bahwa esensi dari modal kerja terletak pada kenyataan bahwa modal kerja merupakan sumber pembelanjaan jangka panjang. Hal tersebut mungkin merupakan akibat dari penarikan kesimpulan yang kurang hati-hati dari defenisi modal kerja sebagai selisih antara nilai aktiva lancar dengan nilai passiva lancar. Oleh karena dalam defenisi tersebut baik variabel yang dikurangi (yaitu aktiva lancar) maupun variabel pengurang (yaitu passiva lancar) kedua-duanya menyandang predikat `lancar' yang mempunyai makna bahwa dalam kurun waktu kurang dari satu tahun akan mengalami perubahan, maka tendensinya sukar untuk dapat ditangkapnya kenyataan bahwa modal kerja sebenarnya merupakan sumber pembelanjaan jangka panjang, yaitu sumber pembelanjaan jangka panjang yang dipergunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari.
Untuk menjelaskan hal ini kita perhatikan Gambar 1, di mana neraca perusahaan kita gambar dalam bentuk diagram area. Mendasarkan pada 'accounting identity', nilai aktiva total ABKJ harus sama besarnya dengan nilai passiva total BCLK. Aktiva total ABKJ tersebut selanjutnya dapat kita bagi dua; yaitu ABGF sebagai aktiva lancar dan FGKJ sebagai aktiva tetap. Selanjutnya, passiva total sebesar BCLK kita bagi menjadi dua juga, yaitu passiva lancar sebesar BCED dan passiva tetap, yang dapat kita sebut pula passiva jangka panjang, sebesar DELK.
Sumber Penyebab Perubahan Modal Kerja
Memandang modal kerja sebagai sumber pembelanjaan jangka panjang lebih dapat kita hayati lagi apabila kita meninjau sumber-sumber penyebab perubahan modal kerja.
Tidak semua transaksi yang mengakibatkan berubahnya aktiva lancar atau berubahnya passiva lancar mengakibatkan perubahan pada besarnya modal kerja. Perolehan pinjaman jangka pendek dari Bank misalnya, tidak merubah besarnya modal kerja. Sebab sekalipun transaksi tersebut mengakibatkan meningkatkan nilai aktiva lancar, akan tetapi nilai passivapun meningkat pula dengan jumlah yang sama, sehingga besarnya modal kerja, yang merupakan selisih antara aktiva lancar total dengan passiva lancar, total tidak berubah.
Untuk Dapat Membaca lebih lanjut Silahkan Download :
Hubungan Kendala Modal Kerja Perusahaan Dengan Rasio Operasi Perusahaan: Suatu Pendekatan Teoritik.pdf
Anda Akan Menyukai ini :
Literatur Ekonomi | Ekonomi Mikro | Buku Komputer | Buku Gratis | Kumpulan Buku | Contoh Makalah | Makalah Management | Makalah Manajemen | Ekonomi Islam | Ilmu Ekonomi | Sistem Ekonomi Indonesia | Free Novels | Novel Melayu | Sistem Informasi Akuntansi | Ilmu Akuntansi | Buku Akuntansi | Dasar Akuntansi | Jurnal Akuntansi | Artikel Akuntansi | Laporan Keuangan Perusahaan Jasa | Skripsi Akuntansi | Sistem Informasi Manajemen | Artikel Manajemen | Manajemen Sumber Daya Manusia | Manajemen Pemasaran | Konsep Dasar Manajemen | Cerpen Indonesia | Cerpen Remaja | Cerpen Cinta | Novel Cerpen | Motivasi Diri | Politik Amerika | Psikologi Anak | Psikologi Sosial | Psikologi Pendidikan | Psikologi Remaja | Pengertian Psikologi | Artikel Ekonomi
1 komentar:
Tulisan anda sangat menginspirasi, terimakasih :)
Post a Comment