Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Tuesday, January 24, 2012

Kelompok Pemakai Dalam Arsitektur dan Psikologi

Tuesday, January 24, 2012
Pembahasan tentang kelompok pemakai pada bab ini berkaitan amat dengan konsep-konsep yang telah disajikan terdahulu dimana kesemuanya itu merupakan bagian dari "Ruang Lingkup Informasi Lingkungan-Perilaku". Dalam membahas kelompok pemakai ini, maka pembagian yang mungkin dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu:
a. berdasarkan perkembangan manusia dan
b. berdasarkan kelompok aktivitas tertentu
c. berdasarkan kelompok dengan karakteristik tertentu

Kelompok pemakai berdasarkan perkembangan manusia adalah hal¬hal yang berhubungan dengan perkembangan manusia semenjak lahir sampai usia lanjut. Pendekatan ini akan banyak disajikan dalam bab ini, yang dalam pembahasannya akan disajikan beberapa implikasi desain terutama pada kelompok perkembangan tertentu.
Sementara kelompok pemakai berdasarkan kelompok aktivitas tertentu adalah berkaitan dengan seting atau latar (ingat: "Ruang Lingkup Informasi Lingkungan-Perilaku"), misalnya:
(a). seting pendidikan
yang digunakan oleh kelompok pemakai tertentu, dengan jenjang tertentu, dan dengan kebutuhan ruang tertentu; misalnya ruang kelas, asrama, laboratorium, ruang terbuka, dan perpustakaan;
(b). seting perkantoran;
(c). seting perumahan
yang digunakan oleh kelompok pemakai tertentu, dapat berdasarkan kelas sosial, tingkat penghasilan, gaya hidup, dan sebagainya; bentuknyapun beragam seperti unit hunian tunggal, rumah susun, rumah kopel, apartemen, dan sebagainya.
Kelompok dengan karakteristik tertentu adalah pengelompokan-pengelompokan individu berdasarkan pada karakter atau sifat-sifat tertentu, seperti: budaya, etnis, cacat fisik, kelas sosial, agama, dan sebagainya.

Pendekatan kedua dan ketiga ini tidak akan dibahas pada bab ini. Akan tetapi beberapa di antaranya akan dibahas pada bab-bab lain buku ini dan beberapa di antaranya tumpang tindih dengan pendekatan pertama.

A . PERKEMBANGAN MANUSIA

Perkembangan bukan merupakan suatu proses yang terputus-putus dan terpisah-pisah, melainkan suatu proses dinamis yang berlangsung terus menerus (suatu kontinum). Meksipun banyak ahli menggunakan istilah-istilah periode, fase, atau stadium untuk menjelaskan gejala-gejala perilaku yang menonjol dalam masa perkembangan tertentu, istilah tersebut tidak bermaksud memberikan garis batas yang tegas antara masa yang satu dengan masa yang lain (misalnya antara masa remaja dan masa dewasa). Secara umum harus dimengerti bahwa perkembangan adalah suatu kontinum. Dengan demikian, suatu fase perkembangan selalu berhubungan dengan fase sebelum dan sesudahnya.

Perkembangan dan Pertumbuhan. Mahasiswa sering dibingungkan oleh arti istilah perkembangan dan pertumbuhan. Secara umum perkembangan merupakan perubahan-perubahan psikologis atau mental yang dialami individu dalam proses menjadi dewasa. Perubahan-perubahan tersebut terbentuk dimana seluruh aspek kepribadian individu semakin terdeferensiasi tetapi segala aspek yang berkembang itu terorganisasi menjadi satu totalitas.

Sementara itu, pertumbuhan berarti perubahan-perubahan fisik/biologis ke arah kemasakan fisiologis, yaitu organ-organ tubuh dapat berfungsi secara optimal. Pertumbuhan hanya terjadi sekali saja dan tidak dapat diulang.

B . TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MANUSIA
Menurut Dwi Riyanti dkk. (1997) terdapat sembilan tahap perkembangan manusia, antara lain adalah:
1. Periode Pranatal
2. Periode Bayi
3. Periode Kanak-Kanak Awal (Early Childhood).
4. Periode Kanak-Kanak Akhir (Late Childhood)
5. Periode Pubertas (Akhil Balik)
6. Periode Remaja (Adolescence)
7. Periode Dewasa Awal (Early Adulthood)
8. Periode Dewasa Madya (Middle Adulthood/Middle Age) 9. Periode Usia Lanjut (Late Adulthood/Old Age)

Berikut ini akan diuraikan secara umum perkembangan manusia dari dalam kandungan sampai usia tua. Pembahasan hanya ditekankan pada ciri-ciri perilaku yang menonjol dalam periode perkembangan tertentu, faktor-faktor penting yang harus diperhatikan dalam masa tersebut, serta beberapa implikasi desain yang relevan.

1 . Periode Pranatal
Periode ini sangat penting artinya karena selama dalam kandungan terjadi pembentukan wujud manusia yang akibat-akibatnya terus berpengaruh sepanjang hidup. Hal-hal penting yang terjadi pada fase ini, pertama, terjadi pengalihan ciri-ciri genetis dari kedua orang tua. Bila terjadi gangguan dalam proses ini, maka balk ciri-ciri fisik maupun psikologisnya dimasa mendatang juga akan terpengaruh. Kedua, pembentukan semua organ tubuh, termasuk yang menentukan jenis kelamin seseorang. Gangguan dalam proses ini akan mengakibatkan cacat bawaan. Ketiga, Iingkungan dalam perut yang banyak dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan fisik ibu ketika mengandung mempunyai dampak psikologis tertentu.

2. Periode Bayi
Perilaku bayi dalam periode ini masih bersifat sembarangan hampir tanpa arti, dan kurang terkendali. Perilaku seperti ini disebut masa activity. Akan tetapi bayi juga menunjukkan perilaku-perilaku spesifik (specific activi-ties), termasuk beberapa jenis refleks yang terjadi bila ada rangsang dari luar. Periode selanjutnya (babyhood/bayi) terdapat pembentukan dasar-dasar kepribadian individu. Periode bayi berlangsung selama dua tahun sejak masa jabang bayi. Periode ini adalah usia terjadinya perubahan dan pertumbuhan yang amat cepat, sekaligus semakin berkurangnya ketergantungan anak pada ibunya, dan awal munculnya individualitas.

Pada usia-usia awal ini individu mulai belajar mengenal orang lain di luar dirinya dan ibunya dan harus menyesuaikan did dengan berbagai tuntutan lingkungan (sosialisasi). Tuntutan lingkungan tadi antara lain adalah peran seksual (sex role typing), yaitu apa yang diharapkan sebagai anak laki-laki atau anak perempuan.
Ciri menonjol lain dalam usia awal ini adalah keingintahuan yang besar sekali. Walau koordinasi otot dan kekuatan fisik belum sempurna, tetapi bayi sudah sejak dini melakukan berbagai percobaan dengan Iingkungan, balk dengan cara menggigit, meraba-raba, mencium, membanting atau melempar sesuatu. Masa-masa bayi adalah masa-masa tumbuhnya kreativitas dimasa mendatang.

Periode bayi juga masa yang penuh tugas-tugas penting, antara lain belajar berbicara dengan bahasa ibu, belajar berbagai aturan sederhana dalam lingkungannya, serta belajar menggunakan berbagai organ tubuh untuk tugas-tugas fungsional yang sesuai (misal: untuk tangan bayi belajar menggenggam, melepas, dan melempar). Oleh karena itu, periode bayi dianggap sebagai nnulainya masa peka (critical period) untuk ketrampilan berbahasa dan penguasaan organ-organ tubuhnya.


Implikasi Desain

Stimulasi. Stimulasi adalah perangsang atau pendorong untuk membangkitkan suatu perilaku tertentu. Stimulasi ini amat diperlukan baik pada Periode Pranatal maupun pada Periode Bayi. Penelitian Profesor Bruner (dalam Sigit Sidi, 1988) menemukan bahwa bayi yang berkembang dalam situasi sunyi perkembangannya akan tertinggal selama tiga bulan dibandingkan dengan bayi yang berkembang pada situasi ruangan yang penuh semarak dan terbuka terhadap komunikasi dengan dunia luar. Oleh karena itu, ruangan terbaik pada hunian keluarga bagi bayi adalah ruangan yang langsung berhubungan dengan dunia luar; yang memiliki jendela-jendela lebar, terbuka dalam pengertian terhadap masuknya suara-suara dari luar dan penuh dengan hiasan-hiasan yang berwarna-warni pada elemen-elemen ruangannya.

Ruangan Untuk Bergerak atau Bermain. Rasa ingin tahu yang besar sekali serta secara dini melakukan berbagai percobaan dengan lingkungan (seperti menggigit, meraba-raba, mencium, membanting atau melempar sesuatu) secara fisik keruangan tentunya membawa implikasi ruangan yang cukup untuk bergerak. Ruang-ruang yang ada di dalam ataupun di luar rumah dapat dimanfaatkan dengan balk untuk mewadahi aktivitas-aktivitas pada periode ini. Yang menjadi pertimbangan penting pada kondisi ini adalah bahwa dalam menggunakan ruang-ruang di rumah, pengawasan dari orang tua ataupun pengasuh harus mendapat perhatian secara fisik keruangan. Jika seorang ibu sedang memasak di dapur, maka aktivitas anaknya harus tidak lepas dari perhatiannya meskipun aktivitas tersebut tidak berada di dapur.

3. Periode Kanak-Kanak Awal (Early Childhood).
Periode ini dihitung sejak anak sudah berusia dua tahun sampai berusia enam tahun. Orang tua sering memandang periode ini sebagai masa-masa yang sulit. Anak menjadi luar biasa nakalnya, suka membantah orang tua dan banyak bertanya. Ini terjadi karena anak yang sudah mulai bisa mengkoordinasikan tubuhnya dan lebih mengenal lingkungannya merasa lebih mandiri. Ia mulai sadar bahwa sampai tahap tertentu ia bisa mengatasi lingkungannya tanpa bantuan orang lain. Ia juga semakin tahu bahwa ia tidak harus selalu tunduk pada lingkungan, entah itu suatu situasi, benda, atau orang tuanya sendiri.

Ciri perilaku yang menonjol dalam usia ini adalah semakin baiknya penguasaan terhadap tangan dan kakinya. Bahkan anak sudah cenderung secara tetap menggunakan satu tangan untuk melakukan satu pekerjaan (handedness). Kemampuan bahasa lebih baik, termasuk mengucapkan kata¬kata, susunan kalimatnya, dan frekuensi bicaranya. Masa ini dikatakan usia cerewet atau chatterbox age. Pada usia ini anak juga sudah terlibat dalam permainan-permainan yang lebih berstruktur dengan teman-teman sebayanya. Di akhir periode kanak-kanak awal, anak sudah bisa diatur oleh orang lain dan berinteraksi sebagai teman dengan anak-anak sebayanya. Perkembangan ini menentukan kesiapan anak untuk masuk sekolah.

Para psikolog berpendapat bahwa periode ini adalah masa umur berkelompok (gang-age). Anak-anak cenderung berkumpul dengan sebayanya yang berjenis kelamin sama, dan gaya bahasa yang sama. Dalam kelompok ini anak-anak belajar tunduk pada kemauan orang banyak (kelompoknya). Oleh karena itu, Para ahli psikologi juga menyebut sebagai umur konformitas.

Perkembangan fisik mulai berjalan lambat, tetapi pada usia ini anak mulai belajar banyak ketrampilan lain, diantaranya: ketrampilan-ketrampilan yang diajarkan di sekolah (school skills), bermain (play skills), dan mengurus dirinya sendiri (self-help skills).

4. Periode Kanak-Kanak Akhir (Late Childhood)
Periode ini mulai sejak anak-anak berusia 6 tahun sampai organ-organ seksualnya masak. Kemasakan seksual ini sangat bervariasi baik antar jenis kelamin maupun antar budaya yang berbeda. Tetapi pada umumnya dapat diambil patokan 12-13 tahun untuk wanita, dan 14-15 tahun untuk laki-laki.
Dalam usia sekolah, anak-anak sudah jauh lebih mandiri. Anak mulai membandingkan segala sesuatu di rumahnya dengan yang is temui di luar, baik di sekolah maupun di rumah teman-temannya. Norma-norma moral yang tadinya absolut di rumah, kini menjadi relatif. Oleh karena itu, anak¬anak dalam usia ini suka membantah dan membanding-bandingkan.

Implikasi Desain

Ruangan Untuk Bergerak. Semakin baiknya fungsi motorik berupa penguasaan terhadap tangan dan kakinya, menyebabkan anak akan makin mengenal dunia luar di sekelilingnya. la sudah dapat berbicara dan berjalan, sehingga ketergantungan dengan orang lain semakin berkurang. Untuk mewadahi aktivitas-aktivitas ini, diperlukan ruang (baik di dalam maupun di luar), sehingga anak akan memperoleh sesuatu yang berharga sesuai dengan kebutuhannya.

Playground. Kecenderungan berkumpul dengan sebayanya (peer group) dan belajar bermain (play skills) membawa implikasi desain tertentu. Menurut Moore (1994) dalam studi mengenai rancangan perumahan ditemukan banyak keluhan tidak memadainya kesempatan bagi anak dalam melakukan kegiatan di luar ruangan (outdoor activities). Pada rumah-rumah susun juga ditemukan bahwa mayoritas pemakai outdoor adalah anak-anak, dimana kebanyakan terjadi pada tiga lantai terbawah. Selebihnya (lantai keempat ke atas), para orangtua tidak mengijinkan anak-anaknya bermain di luar ruangan kecuali dengan pengawasan ketat. Walaupun sudah diperhitungkan bahwa anak¬anak merupakan pengguna terbesar ruang-ruang publik, tempat bermain (playground), dan taman, akan tetapi ternyata kesemuanya itu tidak dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan mereka.

Menurut Hayward dkk. (dalam Proshansky, 1976), bermain bagi anak adalah sesuatu bagian denting bagi perkembangan aspek-aspek kognitif, fisik, sosial, dan emosi. Melalui bermain anak akan banyak belajar tentang dirinya dan dunianya. Hayward dkk. telah menemukan tiga jenis playground, yaitu: tradisional, kontemporer, dan avonturir.

Tradisional adalah playground yang paling sering kita jumpai, seperti ayunan atau timbangan.

Kontemporer adalah playground yang sebenarnya hampir sama dengan yang tradisional, tetapi dikembangkan ke dalam bentuk-bentuk baru, seperti papan luncur atau mainan tangga.

Sementara avonturir adalah playground yang semula dikembangkan di Eropa (tepatnya di Inggris). Konsepnya adalah menyediakan material-mate¬rial dasar untuk bermain, sehingga akan memberikan kesempatan yang luas bagi anak; dan bukannya menyediakan perlengkapan untuk bermain sebagaimana yang terjadi pada playground yang tradisional dan kontemporer. Playgruond ini dirancang di suatu tempat yang kosong, yang dikelilingi pagar, sehingga anak memiliki kebebasan mengembangkan rencana-rencana atau merencanakan ulang area tersebut sesuai dengan perkembangan minatnya.

5. Periode Pubertas (Akhil Balik)
Menurut Elizabeth Hurlock pubertas adalah masa dalam perkembangan manusia ketika anak-anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual.
Masa pubertas ditandai dengan masaknya organ-organ reproduksi sehingga secara fisik-biologis remaja sudah siap beranak-pinak. Kemasakan organ-organ seksual ini juga mengubah pola sosialisasi anak. Bila dalam periode kanak-kanak akhir, individu lebih tertarik pada teman-teman yang berjenis kelamin sama, maka dalam masa pubertas daya tarik heteroseksual mulai menjadi jauh lebih kuat.

Periode pubertas merupakan suatu periode tumpang tindih (overlap-ping period) yaitu saat-saat di akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja. Walau tidak berlangsung lama (kira-kira umur 12-14 tahun untuk wanita, dan 13-15 tahun untuk laki-laki), periode pubertas merupakan masa-masa yang cukup sulit bagi individu. Timbulnya tanda-tanda seksual sekunder pada bagian tubuh tertentu tidak jarang cukup mengejutkan. Mesntruasi pertama pada wanita (menarche) atau mimpi basah pada pria (wet dream atau noctural ejaculation), bila tidak dipersiapkan atau dijelaskan bisa membuat individu malu dan merasa rendah diri. Kesulitan-kesulitan penyesuaian diri dalam usia-usia ini sering mereka alami.

Ciri-ciri utama periode pubertas adalah selain tumbuhnya tanda-tanda seksual sekunder, tubuh mengalami pertumbuhan yang cukup pesat (tinggi dan atau besar badan). Selain itu perilaku ditandai dengan negativisme, yaitu sering menyendiri (sering bertengkar dengan saudara dan teman sebaya); bosan dengan berbagai aktivitas yang biasanya digemari; hidup seenaknya (tidak. rapi, canggung); antagonistik, menentang kehendak orang¬orang yang is hormati, bermusuhan dengan teman-teman yang berlainan jenis (sikap ini akan menjadi sebaliknya di akhir masa pubertas), suasana hatinya mudah berubah dari melankolik menjadi pemarah, mudah tersinggung dan tertekan batinnya; kurang percaya diri dan ketakutan akan kegagalan menjadi lebih besar; dan mereka menjadi lebih sopan dari biasanya karena mereka takut orang lain berkomentar negatif atas perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Penerimaan dan penolakan terhadap berbagai perubahan dalam tubuhnya akan sangat mempengaruhi kesiapannya memasuki dunia dewasa dalam masa remaja.

6. Periode Remaja (Adolescence)
Periode remaja adalah masa transisi dalam periode anak-anak ke periode dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam pembentukan kepribadian individu.

Masa remaja dibagi dua bagian yaitu
(1) periode remaja awal (early adolescence), yaitu berkisar antara umur 13-17 tahun, dan
(2) periode remaja akhir, yaitu umur 17-18 tahun.

Secara umum, periode remaja merupakan klimaks dari periode-periode perkembangan sebelumnya. Dalam periode ini apa yang diperoleh dalam masa-masa sebelumnya, diuji dan dibuktikan sehingga dalam periode selanjutnya individu telah mempunyai suatu pola pribadi yang lebih mantap.

Pertumbuhan fisik dalam periode pubertas terus berlanjut sehingga mencapai kematangan pada akhir periode remaja. Masalah-masalah sehubungan dengan perkembangan fisik pada periode pubertas (malu, atau rendah diri, takut gemuk, pengin punya kumis, dan lain-lain) masih berlanjut, tetapu akhirnya mereda.

Ciri-ciri yang menonjol pada usia-usia ini terutama terlihat pada perilaku sosialnya. Dalam masa-masa ini teman sebaya punya arti yang amat penting. Mereka ikut dalam kelompok-kelompok, klik-klik, atau gang-gang sebaya atau peer group yang perilaku dan nilai-nilai kolektifnya sangat mempengaruhi perilaku serta nilai-nilai individu-individu yang menjadi anggotanya. Inilah proses dimana individu membentuk pola perilaku dan nilai-nilai baru yang pada gilirannya bisa menggantikan nilai-nilai serta pola perilaku yang dipelajarinya di rumah.

Remaja adalah seorang idealis, is memandang dunianya seperti apa yang is inginkan, bukan sebagaimana adanya. la suka mimpi-mimpi yang sering membuatnya marah, cepat tersingung atau frustrasi. Selain itu, oleh keluarga dan masyarakat is dianggap sudah menginjak dewasa, sehingga diberi tanggung jawab layaknya seorang yang sudah dewasa. la mulai memperhatikan prestasi dalam segala hal, karena ini memberinya nilai tambah untuk kedudukan sosialnya di antara teman sebaya maupun orang-orang dewasa.
Periode remaja adalah periode pemantapan identitas diri. Pengertiannya akan "siapa aku" yang dipengaruhi oleh pandangan orang-orang sekitarnya serta pengalaman-pengalaman pribadinya akan menentukan pola perilakunya sebagai orang dewasa.

Pemantapan identitas diri ini tidak selalu mulus, tetapi sering melalui proses yang panjang dan bergejolak. Oleh karena itu, banyak ahli menamakan periode ini sebagai masa-masa strom and stress (badai dan tekanan), atau masa up and down.

Implikasi Desain
Ruang Privat Yang Terpisah. Para penghuni perumahan perkotaan di Indo-nesia setidaknya memiliki ciri-ciri berupa keluarga luas dan catur warga. Jika dalam tahun-tahun awal, suatu keluarga memiliki dua orang anak dengan jenis kelamin yang berbeda, kondisi ini bukanlah rnerupakan masalah besar dari segi pemenuhan ruang. Permasalahan akan timbul jika kedua anak tersebut mulai menginjak remaja dan berkembangnya keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga luas. Kondisi ini akan membawa implikasi meningkatnya kebutuhan ruang secara kuantitatif, padahal untuk mendapatkan rumah dengan jumlah ruang yang memadai di perkotaan dalam kondisi masa kini amatlah sulit. Selain itu pada masa pubertas sampai remaja dimana perkembangan terjadi dari anak-anak (makhluk aseksual) menjadi makhluk seksual yang ditandai dengan masaknya organ-organ reproduksi secara fisik¬biologis, secara fisik keruangan tentunya memerlukan ruang privat yang terpisah antara remaja pria dan remaja wanita.

Peer Group. Menurut Monk dkk. (1996) pada masa remaja orientasi sosial individu beralih dari lingkungan keluarga (khususnya orang tua dan di lingkungan rumah) kepada kelompok sebaya/peer group (kebanyakan di luar lingkungan rumah), sehingga peranan teman sebaya menjadi lebih penting dalam membentuk pola-pola perilaku sosialnya. Oleh karena it diperlukan ruang-ruang di lingkungan perumahan atau kampung untuk mewadahi aktivitas remaja pada ma.sa ini. Ruang bersama ini dapat berupa ruang terbuka dan ruang untuk aktivitas-aktivitas tertentu (olahraga, kesenian, atau pertemuan). Pendapat ini diperkuat oleh Monk dkk (1996) yang menganggap para remaja mengalami lebih banyak kesukaran dalam "memanfaatkan" waktu luangnya daripada anak-anak dan mereka lebih sering melakukan hal-hal "to kill the time" (membunuh waktu). Waktu luang yang benar-benar membebaskannya adalah jika mereka diberi kesempatan untuk mengembangkan diri secara orisinal melalui aktivitas-aktivitas yang disukainya.

7. Periode Dewasa Awal (Early Adulthood)
Periode dewasa awal ini secara umum berkisar antara usia 18-40 tahun. Bila masa-masa sebelumnya dapat dianggap sebagai umur-umur pembentukan (formative years), maka periode dewasa secara umum adalah umur-umur pemantapan diri terhadap pola hidup baru (berkeluarga). Hura¬hura pada masa remaja sudah lewat, individu harus memikirkan hal-hal penting lain dalam hidupnya. Mereka mulai serius belajar demi karir dimasa yang akan datang, mulai memilih-milih pasangan yang lebih serius, dan cita¬citanya menjadi lebih reatistis. Sikap-sikap dan nilai-nilai remaja yang kadang¬kadang ekstrem mulai dikaji kembali dengan tenang, pengaruh teman sebaya banyak berkurang sehingga is bisa berfikir dan memutuskan berdasarkan kehendak sendiri. la mulai belajar berbagai peranan yang sudah menetap seperti: sebagai orangtua, sebagai dosen, pemimpin perusahaan, pemuka masyarakat, termasuk sebagai wanita dan laki-laki dewasa.

Implikasi Desain
Pengembangan Lingkungan Kampus. Pada masa permulaan Dewasa Awal, sebagian diantaranya adalah mereka yang mendapatkan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi. Lingkungan kampus yang menjadi tempat dimana mereka belajar untuk meraih masa depan yang lebih baik, idealnya tidak hanya bertujuan mengembangkan aspek kogriitif saja, melainkan juga bertujuan untuk mengembangkan kepribadian. Sehingga diperlukan wadah untuk menampung aktivitas-aktivitas tersebut. Sebagian besar kampus¬kampus di Indonesia umumnya hanya merancang ruang-ruang yang ditekankan pada kativitas-aktivitas kurikuler di dalam ruangan/kelas, seperti ruang kuliah, laboratorium, praktikum, perpustakaan, ruang serbaguna dan sebagainya. Sebagian kecil lagi di antara kampus-kampus tersebut juga menyediakan wadah untuk aktivitas-aktivitas ekstra-kurikuler secara memadai. Di hampir semua perguruan tinggi di Indonesia jarang dijumpai kampus yang merancang ruang-ruang publik sebagai penunjang kegiatan kurikuler secara memadai.

Ruang-ruang publik tersebut memiliki fungsi antara lain: sebagai media komunikasi informal, sebagai penunjang kegiatan kurikuler (untuk diskusi, mengerjakan pekerjaan rumah, laporan, atau makalah), dan sebagai tempat untuk menunggu waktu jeda kuliah. Kesemua fungsi tersebut ternyata memiliki sumbangan yang besar terhadap keberhasilan studi mahasiswa dan pembentukan kepribadian. Kelangkaan ruang publik tersebut akan berakibat antara lain adalah: terbentuknya ruang-ruang baru secara spontan yang difungsikan sebagai ruang publik atau menggunakan ruang-ruang lain untuk fungsi tersebut. Terbentuknya ruang-ruang tersebut antara lain adalah di kantin, ruang parkir, koridor, taman, dan sebagainya. Jika "ruang-ruang spontan" ini tidak dilengkapi dengan tempat duduk, maka yang akan terjadi adalah penggunaan lantai untuk mewadahi aktivitas-aktivitas yang mereka butuhkan.




8. Periode Dewasa Madya (Middle Adulthood/Middle Age)
Periode dewasa madya berkisar pada usia 40 - 60 tahun. Kehidupan mereka umumnya sudah mapan, berkeluarga, dan memiliki (beberapa) anak. Pada usia 40-an, anak-anak sudah meninjak remaja atau dewasa. Keadaan fisik mereka tidak sekuat atau setegar periode sebelumnya. Para wanita sedikit demi sedikit mulai kehilangan kecantikan serta keindahan tubuh, suatu modal utama yang sering dibanggakan. Berbagai penyakit fisik mulai bermunculan karena kerja keras selama ini, atau terlalu stress dalam kehidupan sehan-hari. Kehidupan rumah tangga mungkin sudah tidak semanis dulu lagi, anak-anak sudah tidak dirumah, dan kehidupan seks sudah tidak sehangat dulu lagi. Periode tengah umur adalah periode transisi seperti masa pubertas dan masa remaja. Individu harus mulai menyesuaikan diri lagi dengan berbagai perubahan fisik dan lingkungan sosialnya.

Meskipun demikian, para ahli nampaknya sependapat bahwa bagi laki¬laki dan wanita karir, periode ini adalah masa puncak keberhasilan. Inilah umur-umur dimana individu dapat mempengaruhi orang lain dengan otoritasnya serta membanggakan prestise yang ada padanya.

Periode tengah umur merupakan masa untuk melihat kembali ke masa lampau. Setelah semua keberhasilan diperoleh, logislah bahwa mereka mengevaluasi kembali keberhasilan-keberhasilan itu berdasarkan aspirasi¬aspirasi dan harapan-harapan mereka serta orang lain di sekitar mereka dimasa lalu. Hasil dari evaluasi seperti ini membawa pengertian diri yang lebih balk, dan sikap serta harapan yang lebih realistis terhadap dirinya.

Ciri-ciri perilaku yang menonjol dalam periode ini adalah adanya usaha¬usaha kontemplasi ke masa lalu; keseriusan kerja, serta usaha-usaha untuk mempertahankan keberhasilan yang telah diperoleh; perhatian kepada keluarga lebih dititik beratkan kepada anak-anak yang sudah menginjak dewasa. Kehidupan keluarga agak membosankan, oleh karena itu mereka cenderung punya perhatian yang besar pada aktivitas-aktivitas hiburan di luar rumah.

Dalam usia 50-an wanita mengalami menopouse, yaitu berhentinya kesuburan yang mengakibatkan depresi pada ibu-ibu. Selain itu menopouse memang diikuti oleh berbagai gejala psikosomatik seperti pusing-pusing, rasa capai yang amat sangat, sering berkeringat dingin diikuti bercak-bercak merah di wajah dan di leher, cepat nervus dan tidak bisa tenang. Menopouse juga berarti hilangnya salah satu ciri kewanitaan yang diikuti oleh gejala¬gejala fisik lain, yaitu bulu-bulu ditubuh menjadi lebih kasar, buah dada kempes, suara sedikit lebih berat, dan bulu-bulu di genital berkurang.

Laki-laki tengah baya juga mengalami keadaan serupa dengan wanita. Gejala-gejala yang dialami pria disebut dimacteric syndrome. Meskipun demikian, dimacteric syndrome ini tidak persis sama dengan menopouse dan rata-rata baru dialami pada usia 60-70 tahunan. Pada saat itu aktivitas kelenjar gonad sudah berkurang, demikian juga dorongan seksual dan Jaya tahan tubuhnya. Laki-laki sering merasa terlalu kawatir akan penampilannya sebagai laki-laki dan mengalami gangguan psikosomatik seperti gangguan pencernaan, pusing-pusing, dan imsomnia (sulit tidur).

9. Periode Usia Lanjut (Late Adulthood/Old Age)
Manusia usia lanjut (manula) merupakan periode terakhir dalam hidup manusia, yaitu umur 60 tahun ke atas. Masa ini adalah saat-saat untuk mensyukuri segala sesuatu yang sudah ia capai dimasa lalu. Pada saat ini keadaan fisiknya sudah jauh menurun, bahkan ia mungkin juga sudah pensiun. Oleh karena itu, berbagai masalah juga harus mereka hadapi. Kesejahteraan ekonomi, status sosial, ditinggalkan pasangan, dan nilai-nilai yang berubah cepat merupakan sumber-sumber masalah utama yang harus mereka hadapi. Bagi mereka yang biasa bekerja, masa pensiun merupakan suatu cobaan yang cukup berat karena ini menimbulkan perasaan tidak berguna lagi (sense of unusefulness). Mereka cenderung mempunyai hobi dan kelompok-kelompok yang sama seperti waktu remaja dulu.

Implikasi Desain
Menjadi Satu atau Dipisahkan dari Keluarga. Meningkatnya jumlah manula merupakan konsekuensi logis dari meningkatnya tingkat kesehatan suatu populasi. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: bagaimana memperlakukan mereka sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangannya? Apakah lebih baik tinggal menjadi satu dengan keluarganya atau tinggal di panti-panti jompo?

Jika dipilih tetap tinggal bersama dengan keluarganya, maka konsekuensi fisiknya lebih sedikit dibandingkan dengan konsekuensi psikologis. Konsekuensi psikologis tersebut di antaranya adalah terjadinya kesenjangan sosial antara manula dengan cucu-cucunya, yang pada tingkat tertentu dapat berakibat konflik. Jika dipilih tinggal di panti jompo, meski terdapat beberapa kelemahan, akan tetapi beberapa hal yang dapat diambil manfaatnya adalah adanya:
• kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan teman-temannya senasib yang memiliki minat dan kemampuan bersama
• upaya untuk menghilangkan perasaan kesepian dengan teman-temannya senasibnya
• kesempatan untuk mengaktualisasikan prestasi yang dulu pernah diraih
• rancangan ruang dan elemen-elemennya memang disengaja untuk keperluan hiburan dan rekreasi
• kesempatan bertemu dengan keluarga atau orang-orang yang lebih muda secara temporer.

Para perancang panti jompo ternyata masih memiliki anggapan yang keliru dalam merencakan rancangannya. Beberapa anggapan keliru tersebut antara lain adalah (lihat Fisher dkk., 1984):

1.    Anggapan bahwa para manula adalah homogen
Dalam kenyataannya, para manula ternyata memiliki kesulitan-kesulitan fisik dan psikologis yang berbeda-beda. Kesulitan fisik antara lain adalah: lemah pendengaran, lemah penglihatan, dan lemah dalam hal gerakan. Sedangkan kesulitan psikologis antara lain adalah withdrawal (menarik diri) dan kesulitan untuk membeda-bedakan atau mengkategorikan stimu¬lus.

2.    Anggapan bahwa perencanaan lebih ditekankan untuk mempermudah cara kerja pengelola panti jompo, terutama dalam hal: merawat, membersihkan ruangan, dan mengelola. Anggapan ini bisa jadi disebabkan oleh visi perancang yang kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang manula.
Fisher dkk. (1984) menekankan tiga hal penting dalam merancang suatu panti jompo, yaitu: keamanan, kenyamanan, dan kondisi fisik.

1 . Keamanan
Untuk mencapai keamanan para manula diperlukan jumlah staf yang cukup untuk mengawasi. Selain itu untuk mencegah kecelakaan atau mendeteksi apa-apa yang terjadi, maka dapat dilakukan dengan cara:
• merancang pegangan pada hall
• merancang lantai yang tidak licin
• tersedianya saluran komunikasi kepada staf jika para manula mengalami masalah, misalnya di kamar mandi
2. Kenyamanan
Kenyamanan dapat dilakukan dengan cara:
• menyediakan bantuan orientasi dengan cara mengembangkan kode warna tertentu pada lantai atau dengan tanda-tanda atau warna tertentu untuk membedakan ruang
• merancang pintu gerbang yang terlindung dari matahari dan hujan.

3. Kondisi Fisik
Beberapa persyaratan fisik yang diperlukan adalah:
•    ukuran ruang yang cukup untuk berekreasi atau untuk mengurangi interaksi dengan yang lain
•    ruang yang memungkinkan staf panti jompo untuk mengawasi

LATIHAN SOAL

1. Sebutkan tiga pendekatan untuk membahas kelompok pemakai!
2. Apa perbedaan konsep perkembangan dengan pertumbuhan!
3. Pada masa bayi ciri-ciri apa yang menonjol dalam perkembangan? Bagaimana implikasi desain untuk mewadahi aktivitas-aktivitas yang dapat membantu perkembangannya?
4. Apa kegunaan playground bagi kanak-kanak? Sebutkan jenis-jenis play-
ground dan manakah yang terbaik bagi kanak-kanak?
5. Apa yang biasanya dilakukan oleh suatu keluarga yang tinggal di rumah tipe 36 dan memiliki dua orang anak (pria dan wanita) yang sedang tumbuh dan berkembang menjadi remaja?
6. Pada seting kampus. aktivitas-aktivitas apa sajakah yang seringkali tidak
dapat difasilitasi dengan baik di Indonesia?
7. Urgensi apakah yang terjadi pada Manula dalam kaitannya dengan desain?

Jadikan setiap Postingan untuk ajang DISKUSI dan saling BERBAGI agar ilmu anda semakin berkembang dan berguna bagi orang lain.

Gunakan Kolom Komentar di bawah ini untuk menyampaikan PENDAPAT/ OPINI sebagai bentuk partisipasi untuk mencerdaskan bangsa.



1 komentar:

Formasi CPNS said...

Terimakasih artikelnya sangat lengkap untuk tugas kuliah, izin save ya

Post a Comment

 

Komentar

Postingan Terakhir