3.1. KURVA PERMINTAAN INDIVIDUAL
Yang dimaksud dengan kurva permintaan individual akan sesuatu barang ialah suatu kurva atau suatu daftar yang menunjukkan jumlah-jumlah suatu barang untuk setiap satuan waktu yang oleh seorang konsumen ingin dan sanggup untuk membelinya ingin mengetahui kurva permintaan konsumen A akan beras, kita dapat memperolehnya dengan cara menyodorkan daftar seperti terlihat pada Tabe13.1.1 untuk diisi oleh konsumen A tersebut.
Kolom 1 tabel ini kita isi dengan sejumlah kemungkinan harga beras. Kolom 2 diisi oleh konsumen A. Setelah tabel tersebut kolom 2 nya telah terisi, maka tabel tersebut sudah merupakan apa yang oleh para ahli ekonomi dianamakannya sebagai tabel permintaan
konsumen individual, yang dalam contoh di atas adalah tabel permintaan individual konsumen A akan beras.
Di samping dapat diungkapkan dalam bentuk tabel, permintaan akan suatu barang dari seorang konsumen dapat pula diungkapkan dalam bentuk grafik atau dalam bentuk persamaan matematika. Kalau dalam bentuk tabel permintaan akan suatu barang sering disebut skedul permintaan atau demand schedule, atau juga bisa hanya disebut tabel permintaan. Kalau sebuah permintaan diungkapkan dalam bentuk grafik tepatnya disebut kurva permintaan, atau garis permintaan apabila permintaan diungkapkan dalam bentuk persamaan matematika seharusnya persamaan matematika tersebut dapat disebut sebagai fungsi permintaan.
Akan tetapi rupa-rupanya para ahli ekonomi berfikir pragmatis. Sepanjang yang dimaksud sama, istilah manapun boleh dipakai. Dengan sikap tersebut para ahli ekonomi kelihatannya paling suka menggunakan istilah-istilah kurva permintaan dan skedul permintaan. Istilah-istilah lainnya relatif jarang dipakai. Khusus untuk istilah fungsi permintaan perlu sekali dimintakan perhatian di sini bahwa seyogyanya tidak dipergunakan untuk menggantikan istilah kurva atau skedul permintaan. Adapun sebabnya ialah istilah fungsi permintaan oleh para ahli ekonomi dipergunakan dalam artian yang sedikit berbeda dengan istilah kurva permintaan. Kalau kurva atau skedul permintaan hanya menghubungkan kuantitas yang diminta dengan harga satuan barang tersebut, fungsi permintaGi, menghubungkan kuantitas yang diminta di samping dengan harga barang tersebut juga dengan faktor-faktor lainnya yang besar pengaruhnya terhadap jumlah barang yang konsumen ingin dan sanggup untuk membelinya, seperti misalnya, pendapatan konsumen yang bersangkutan, harga barang pengganti, harga barang komplementer dan cita rasa atau kesukaan si konsumen.
Dalam bentuk grafik,kurva permintaan konsumen A akan beras terlihat sebagai garis DDZ Gambar 3.1.1. Seperti halnya dalam kebanyakan literatur pada gambar tersebut sumbu vertikal dipergunakan untuk mengukur harga satuan barang bersangkutan, sedangkan sumbu horisontalnya dipakai untuk mengukur kuantitas barang yang bersangkutan.
Sumbu vertikal, oleh karena merupakan skala harga per satuan atau per unit barang, kita tandai dengan tanda Rp/Z, atau kadang-kadang hanya kita tulis HZ, atau bahkan hanya H, di mana H merupakan singkatan harga. Untuk mudahnya Z kita pergunaan sebagai barang yang kita permasalahkan. Jadi yang kita sebut barang Z dapat pisang goreng, dapat baju, dapat sepeda, dapat jasa hiburan, dan seterusnya. Dalam contoh Tabel 3.1.1 yang dimaksud barang Z di sini adalah beras. Oleh karena pada kolom harga Tabe13.1.1 harga dinyatakan per kologram, maka tanda Rp/Z pada sumbu vertikal Gambar 3.1., dapat pula diganti dengan tanda Rp/kg beras; yang maknanya yaitu harga dinyatakan dalam rupiah untuk tiap kologram beras.
Sumbu horisontal, di lain fihak, dipergunakan sebagai skala kuantitas. Pada gambar tersebut kita lihat tanda Z/s.w., yang cara membacanya ialah jumiah barang Z per satuan waktu. Kalau sumbu harga tentu saja dinyatakan dalam rupiah, yang oleh karenanya kita tandai Rp/Z; sumbu kuantitas dengan sendirinya dinyatakan dalam satuan fisik, yaitu misulnya dalam meter, desimeter, kilogram, kuintal, liter, mililiter, hektar, ekor, buah, biji, dan sebagainya lagi. Tetapi untuk mudahnya dalam literatur teori ekonomi biasanya tidak disebutkan. Tanda s.w. adalah singkatan satuan waktu. Satuan waktu ini dapat satu tahun, satu bulan, satu semester, satu jam, satu minggu clan sebagainya. Meskipun dalam literatur sering tidak disebut-sebut, namun dalam praktek kita tidak boleh melupakannya. Sebab kalau kita melupakannya, maka kurva permintaan yang kita perbincangkan tidak mempunyai arti sama sekali. Misalnya saja kalau ada pernyataan "Si A konsumsi berasnya tiga kilogram". Dari pernyataan ini kita tidak dapat menyimpulkan apakah si A makannya luar biasa banyaknya, ataukah luar biasa sedikitnya, ataukah biasa, sebab kita tidak tahu apakah 3 kilogram tersebut per hari, per triwulan atau per tahun. Kalau satuan waktunya disebutkan, barulah pernyataan tersebut mempunyai arti. Yaitu apakah satuan waktunya satu hari, kita dapat mengatakan bahwa si A makannya nasi luar biasa banyaknya. Kalau suatu waktunya satu minggu, kesimpulan kita ialah si A makannya nasi cukupan, tidak luar biasa. Tetapi kalau satuan waktunya satu bulan atau lebih, kita bisa mengatakan bahwa si A makannya nasi luar biasa sedikitnya.
3.2. BENTUK-BENTUK KURVA PERMINTAAN
Kurva permintaan dalam contoh Tabe13.1.1 dan Gambar 3.1.1 menggunakan asumsi bahwa hubungan antara jumlah barang Z yang diminta dengan harga per unit barang Z adalah negatif dalam arti bahwa lebih tingginya harga barang Z mengakibatkan iebih sedikitnya jumlah barang Z yang diminta, dan sebaliknya menurunnya harga barang Z mengakibatkan bertambahnya jumlah barang Z yang diminta. Dalam dunia yang nyata boleh dikatakan bahwa kurva permintaan konsumen individual untuk hampir semua barang dan jasa berlaku hubungan yang negatif antara perubahan harga dengan perubahan jumlah barang yang diminta. Hukum ekonomi yang mengungkapkan kenyataan ini biasa disebut sebagai hukum permintaan atau the law of demand. Kurva-kurva permintaan konsumen individual AA, BB, CC, DD dan EE pada Gambar 3.2.1 semuanya memenuhi hukum permintaan tersebut, mengingat bahwa masing-masing kurva permintaan tersebut bentuknya ke kanan menurun. Selanjutnya perlulah kiranya diketengahkan di sini bahwa untuk selanjutnya apabila kita menjumpai ungkapan kurva permintaan dengan bentuk normal, yang kita maksud ialah kurva-kurva permintaan yang memenuhi hukum permintaan tersebut.
Kurva-kurva permintaan yang tergolong sebagai menyimpang dari hukum permintaan kemungkinan ada tiga yaitu:
1. Kurva Permintaan Sejajar dengan Sumbu Harga. Pada Gambar 3.2.2 kurva permintaan FF memenuhi syarat ini. Kalau kita sudah sampai pada uraian mengenai elastisitas kita kan mengetahui bahwa kurva permintaan yang sejajar dengan sumbu harga disebut sebagai kurva permintaan inelastik sempurna.
Kurva permintaan konsumen individual yang inelastik sempurna ini banyak kita jumpai dalam dunia yang nyata dengan catatan bahwa kemungkinan-kemungkinan harga yang jauh di atas harga yang berlaku tidak turut diperhitungkan dalam penggambaran kurva permintaan tersebut. Misalnya saja kurva konsumen individual akan beras. Untuk konsumen yang pendapatannya rendah, kenaikan harga beras bertendensi mengurangi jumlah beras yang diminta. Sebaliknya m rnurunnya harga beras bertendensi menaikkan jumlah beras yang diminta. Jadi dengan perkataan lain untuk para konsumen yang tergolong dalam kelompok konsumen ini berlaku hukum permintaan. Tidak demikian halnya dengan konsumen yang penghasilannya tinggi. Dengan harga beras yang berlaku konsumsi berasnya sudah mencapai titik jenuh, sehingga menurunnya harga beras tidak akan mempengaruhi jumlah beras yang ia minta. Ini berarti bahwa harga-harga di bawah harga yang sekarang berlaku kurva permintaan akan beras konsumen tersebut sejajar dengan sumbu harga. Apakah sejajarnya dengan sumbu harga ini berlaku juga untuk harga-harga di atas harga yang berlaku? Ini juga sebagian besar tergantung kepada pendapatan konsumen. Semakin tinggi pendapatan konsumen tendensinya semakin panjang bagian daripada kurva permintaannya yang sejajar dengan sumbu harga. Akan tetapi bagaimanapun tinggi pendapatan seseorang, tetap adabatasnya. Oleh karena itu kita tidak dapatmengharapkan untuk menemukan kurva permintaan yang sejajar dengan sumbu harga ke atas tanpa batas. Mulai harga tertentu pastilah kurva permintaan tersebut berbelok mendekat ke sumbu harga, dan akhirnya berimpit dengan sumbu harga. Sebaliknya semakin rendah pendapatan konsumen tendensinya semakin pendek bagian daripada kurva permintaannya yang sejajar dengan sumbu harga. Untuk mereka-Yang pendapatannya rendah bahkan dapat terj adi seluruh bagian kurva permintaai n i?erlaku hukum permintaan dan tidak ada bagian yang sejajar dengan sumbu harga.
2. Kurva Permintaan Mempunyai Bentuk ke Kanan Naik. Hubungan antara Farga dengan kuantitas dalam kasus ini adalah positif. Pada Gambar 3.2.2 kurva permintaan yang memenuhi ketentuan ini ialah kurva permintaan GG. Salah satu kurva permintaan yang berbentuk demikian ialah kurva permintaan akan barang Gi,ffen. Sir Robert Giffen (1837-1910) pertama kali menemukan kenyataan bahwa meningkatnya harga kentang mengakibatkan bertambahnya jumlah kentang yang dikonsumsi masyarakat. Sebaliknya menurunnya harga kentang mengakibatkan berkurangnya jumlah kentang yang dikonsumsi masyarakat. Kasus yang diketemukan oleh Giffen ini terdapat di Irlandia. Oleh karena kasus ini berlawanan dengan hukum permintaan yang berlakunya sangat umum, maka kasus tersebut terkenal d°ngan sebutan Giffen paradox. Paradox Giffen ini terjadinya dapat diuraikan s: bagai berikut. Pada waktu itu kentang bagi masyarakat Irlandia merupakan bahan makanan yang menguasai sebagian besar pendapatan mereka yang pada waktu itu masih sangat rendah. Dengan menurunnya harga kentang, maka jumlah uang yang dipergunakan untuk membeli kentang berkurang. Ini memungkinkan mereka mengalihkan sebagian dari pendapatannya untuk membeli daging. Dengan perut mereka yang besarnya terbatas maka konsumsi daging yang meningkat tersebut menyebabkan konsumsi kentang mereka kurangi. Kebanyakan pengamat ekonomi berpendapat bahwa dalam perekonomian modern seperti sekarang ini kasus barang Giffen tidak lagi mudah kita jumpai, sekalipun barang-barang inferior yang bukan barang Giffen masih, dan mungkin juga untuk waktu-waktu mendatang, tetap banyak kita jumpai.
3. Kurva Permintaan Sejajar dengan Sumbu Kuantitas. Dalam Gambar 3.2.2 kurva permintaan yang memenuhi ketentuan ini ialah kurva permintaan HH. Nanti kalau kita sudah sampai kepada permasalahan tentang elastisitas kita akan menemukan bahwa kurva permintaan yang sejajar dengan sumbu kuantit\as biasa disebut kurva permintaan elastik sempurna. Kurva permintaan konsumen individual tidak mungkin mempunyai bentuk sejajar dengan sumbu kuantitas, mengingat bahwa dengan pendapatan yang jumlahnya terbatas dan bentuk kurva guna batas yang dimiliki konsumen yang menurun tidak memungkinkan konsumen yang rasional bertindak demikian.
Sebelum kita meninggalkan uraian mengenai bentuk-bentuk kurva permintaan, perlu kiranyadicatat bahwa terlepas daripada kenyataan-kenyataan di atas, dalam kebanyakan lieteratur diasumsikan bahwa disamping kurva-kurva permintaan seperti yang terlukis pada Gambar 3.2.1, kurva permintaan dengan bentuk vertikal sejajar dengan sumbu harga, dan juga kurva permintaan dengan bentuk horisontal sejajar dengan sumbu kuantitas digolongkan sebagai kurva-kurva permintaan berbentuk normal. Untuk selanjutnya, kita juga akan menggunakan kebiasan tersebut.
3.3. PERMINTAAN LA WAN JUMLAH YANG DIMINTA
Dalam percakapan sehari-hari kita jarang membedakan antara permintaan dengan jumlah yang diminta. Akan tetapi dalam kita menganalisis masalah-masalah ekonomi pembedaan antara permintaan dengan jumlah yang diminta relevan sekali. Sebab menurut pengertian ekonomi dapat terjadi permintaan bertambah tetapi jumlah yang diminta berkurang. Demikian pula sebaliknya dapat terjadi permintaan berkurang tetapi jumlah yang diminta bertambah.
Dalam ilmu ekonomi yang dimaksud dengan permintaan adalah seluruh bagian dari sebuah kurva permintaan. Permintaan akan suatu barang dikatakan berubah apabila kurva permintaan mengalami perubahan. Apabila kurva permintaan tidak mengalami perubahan dikatakan tidak ada perubahan permintaan. Apabila kurva permintaan tidak mengalami perubahan, dalam arti tidak bergeser ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah, yang mungkin berubah adalah kuantitas yang diminta. Dalam hal ini kuantitas yang diminta mengalami perubahan sebagai akibat daripada adanya perubahan harga barang tersebut, dan bukan sebagai akibat berubahnya permintaan. Untuk jelasnya kita perhatikan Gambar 3.1. dan Gambar 3.3.2.
Dalam Gambar 3.3.1 di mana DDZ merupakan garis permintaan seorang konsumen akan barang Z dinyatakan dalam satuan waktu mingguan. Kalau harga per unit barang Z yang harus dibayar konsumen tersebut Rp 300 per kilogramnya, maka konsumen tersebut akan membeli barang Z sebanyak 4 kilogram tiap minggunya. Sekarang kalau harga perkilogramnya naik menjadi Rp 400 maka jumlah barang Z yang akan dibeli oleh konsumen tersebut per minggunya akan menurun menjadi 2 kilogram. Sebaliknya apabila harga turun menjadi Rp 200 per kilogram, konsumen tersebut akan membeli 6 kilogram untuk setiap minggunya. Dalam kejadian-kejadian seperti ini jumlah barang Z yang dibeli oleh konsumen tersebut berubah-ubah sebagai akibat daripada perubahan harga barang bersangkutan, sedangkan garis permintaannya itu sendiri tidak mengalami perubahan, yaitu tetap DDZ. Kejadian seperti inilah yang kita sebut perubahan jumlah barang Z yang diminta dan bukan perubahan permintaan akan barang Z. Selama garis permintaan itu tidak bergeser dari tempatnya yang semula permintaan tidak mengalami perubahan.
Sekarang kita beralih pada Gambar 3.3.2 di mana D 1 D 1 merupakan garis permintaan akan barang Z pada periode ke 1, D2D2 merupakan garis permintaan akan barang Z pada periode ke 2, dan D3D3 merupakan garis permintaan akan barang Z pada periode ke 3.
Pada gambar tersebut bergesernya garis permintaan dari D 1 D 1 ke D2D2 merupakan perubahan permintaan. Oleh karena bergesernya ke kanan, atau dapat juga dikatakan ke atas, yang dengan perkataan lain menjauhi titik silang sumbu 0, dikatakan bahwa permintaan akan barang Z bertambah, yaitu dari D 1 D 1 ke D2D2. Sebaliknya kalau bergeser ke kiri, atau dapat pula dikatakan bergeser ke bawah, yaitu bergeser mendekat ke titik silang sumbu 0, yang dalam contoh kita terjadi di antara periode ke 2 dan ke 3, dikatakan bahwa permintaan akan barang Z berkurang, yaitu dari D2D2 ke D3D3.
Mengenai apakah bertambahnya atau meningkatnya permintaan akan barang Z akan diikuti atau disertai dengan bertambahnya jumlah barang Z yang diminta tergantung kepada apakah meningkatnya permintaan tersebut disertai dengan perubahan harga barang Z ataukah tidak. Dengan menggunakan asumsi ceteris paribus atau lain-lain hal tidak berubah dapat dikatakan bahwa dengan meningkatkan permintaan akan barang Z berarti:
(1) pada harga yang sama jumlah barang Z yang diminta lebih banyak daripada sebelumnya, dan
(2) untuk membeli barang Z dengan jumlah yang sama konsumen mau membelinya dengan harga yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Dengan menggunakan Gambar 3.3.2 pernyataan (1) dapat kita saksikan, bahwa dengan meningkatnya permintaan akan barang Z dari DA ke DZD2, dengan harga satuan barang Z yang tidak berubah setinggi OHt mengakibatkan jumlah barang Z yang dibeli bertambah dari semula sebanyak OZI unit sekarang menjadi OZZ unit. Selanjutnya pernyataan (2) dapat kita tunjukkan bahwa dengan bergesernya kurva permintaan akan barang Z tersebut untuk memperoleh kuantitas barang Z yang jumlahnya sama sebesar OZt unit, konsumen yang semula hanya mau membayarnya dengan harga OH, , sekarang mau membayarnya dengan harga OHZ rupiah per unit.
3.4. BEBERAPA PENYEBAB PERUBAHAN PERMINTAAN
Sesudah kita mengetahui perbedaan antara perubahan jumlah barang yang diminta dengan perubahan permintaan, langkah selanjutnya ialah meneliti tentang faktor-faktor penyebab berubahnya permintaan. Dengan perkataan lain apa yang kita cari ialah kejadiankejadian yang dapat mengakibatkan bergesernya kurva permintaan ke kanan atau ke kira, ke atas atau ke bawah. Di bawah ini secara singkat diuraikan mengenai kejadiakrkejadian tersebut.
1. Perubahan Pendapatan Konsumen. Untuk barang-barang yang normal, bertambah besarnya pendapatan yang diperoleh konsumen bertendensi mengakibatkan bergesernya kurva permintaan konsumen tersebut ke kanan. Menurunnya pendapatan si konsumen sebaliknya bertendensi menyebabkan bergesernya kurva permintaan konsumen tersebut ke kiri. Hanya untuk barang-barang yang inferior, yaitu barang konsumsi yang tidak disukai oleh konsumen dan hanya dikonsumsi kalau terpaksa, meningkatnya pendapatan konsumen bertendensi mengakibatkan menurunnya permintaan akan barang inferior tersebut. Misalnya untuk kebanyakan penduduk Indonesia, ketela merupakan bahan makanan pokok yang tidak begitu disukai. Dengan pendapatan yang rendah seorang konsumen terpaksa mengkonsumsi ketela sebagai bahan makanan pokok. Dengan meningkatnya pendapatan yang ia peroleh ia akan mengurangi permintaannya akan ketela. Ia berangsung-angsur menggantikan konsumsi ketelanya dengan konsumsi beras. Inferior tidaknya suatu barang merupakan suatu pengertian nisbi. Kita dapat mengatakan bahwa untuk bepergian dari Yogya ke Jakarta misalnya, jasa kereta api kelas III adalah inferior terhadap jasa kereta api kelas II, tetapi jasa kereta api kelas II ini adalah inferior juga yaitu terhadap jasa kereta api kelas I. Selanjutnya jasa kereta api kelas I adalah inferior terhadap jasa angkutan udara kelas ekonomi. Demikian seterusnya. Seorang konsumen dengan pendapatannya yang terhitung tidak tinggi misalnya dalam pengkonsumsian jasa pengangkutan berada pada pemilihan antara jasa pengangkutan kereta api kelas III dan kelas II. Apabila pendapatannya suatu ketika menurun, maka permintaan akan jasa kereta api kelas III akan naik, sedangkan permintaan akan jasa kereta api kelas II menurun. Pada waktu yang sama konsumen lainnya berada pada pilihan antara jasa kereta api BIMA kelas I dan angkutan udara kelas ekonomi. Meningkatnya pendapatan konsumen tersebut bertendensi mengakibatkan bergesernya permintaan akan karcis pesawat terbang ke kanan dan bergesernya permintaan akan karcis kereta api BIMA kelas I ke kiri.
2. Perubahan Harga Barang Pengganti. Sebagai alat pemuas kebutuhan makan, daging ayam dan daging sapi bagi kebanyakan konsumen merupakan dua barang yang mempunyai hubungan substitusi, dalam arti bahwa daging ayam dapat menggantikan daging sapi sebagai lauk, atau sebaliknya daging sapi dapat menggantikan daging ayam sebagai lauk. Apabila demikian, maka dengan menurunnya harga daging ayam, permintaan akan daging sapi bertendensi menurun. Sebaliknya dengan meningkatnya harga daging ayam, maka kurva permintaan akan daging sapi akan bergeser ke kanan. Dari contoh-contoh ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa apabila barang Y merupakan barang pengganti barang Z maka menurunnya harga barang Y akan mengakibatkan berkurangnya permintaan akan barang Z. Sebaliknya meningkatnya harga barang Y mempunyai tendensi mengakibatkan meningkatnya permintaan akan barang Z.
3. Perubahan Harga Barang Komplementer. Film dan alat pemotret misalnya, dikatakan mempunyai hubungan komplementer. Untuk menggunakan film diperlukan alat pemotret, sebaliknya alat pemotret tanpa adanya film tidak akan berfungsi. Mengingat akan adanya hubungan yang komplementer tersebut dapat diramalkan bahwa meningkatnya harga film akan menyebabkan berkurangnya permintaan akan alat pemotret. Sebaliknya, apabila harga alat pemotret menjadi lebih mahal dibandingkan dengars sebelumnya, maka kurva permintaan akan film mempunyai tendensi untuk bergeser ke kiri.
4. Perubahan Cita Rasa Konsumen. Cita rasa atau selera konsumen, mungkin disebabkan oleh perubahan umur, perubahan pendapatan, perubahan lingkungan dan sebagainya dapat mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa meningkatnya kegemaran konsumen akan suatu barang atau jasa, dapat pula berupa menurunnya kegemaran tersebut. Menurunnya kegemaran akan suatu barang dengan sendirinya akan tercermin oleh bergesernya kurva permintaan konsumen individual tersebut ke kiri. Sebaliknya meningkatnya kegemaran akan suatu barang bagi seorang konsumen akan tercermin dalam bentuk bergesernya kurva permintaan akan barang tersebut ke kanan.
Dengan diketahuinya kejadiari-kejadian yang dapat menyebabkan bergesernya kurva permintaan konsumen individual ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah, mudahlah kiranya difahami beberapa kesimpulan di bawah ini:
1. Dengan harga baarang Z yang tidak berubah, meningkatnya pendapatan yang diterima oleh seorang konsumen bertendensi mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh konsumen tersebut bertambah. Sebaliknya, dengan harga barang Z yang tidak berubah, menurunnya jumlah pendapatan seorang konsumen bertendensi mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh konsumen tersebut berkurang. Pernyataan ini berlaku selama barang Z merupakan barang normal. Untuk barangbarang inferior yang berlaku adalah sebaliknya.
2. Dengan harga barang Z yang tidak berubah, menurunnya harga barang pengganti barang Z bertendensi mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh seorang konsumen berkurang. Sebaliknya dengan harga barang Z yang tidak berubah, meningkatnya harga barang pengganti terhadap barang Z akan mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh konsumen bertambah.
3. Dengan harga barang Z yang tidak berubah, menurunnya harga barang yang mempunyai hubungan komplementer dengan barang Z bertendensi mengakibatkan bertambahnya jumlah barang Z yang diminta oleh seorang konsumen. Sebaliknya, dengan harga barang Z yang tidak berubah, meningkatnya harga barang yang mempunyai hubungan komplementer dengan barang Z bertendensi mengakibatkan berkurangnya jumlah barang Z yang diminta.
4. Dengan harga barang Z yang tidak berubah, bertambahnya kegemaran konsumen akan barang Z bertendensi mengakibatkan jumlah barang yang diminta oleh konsumen tersebut bertambah. Sebaliknya, dengan harga barang Z yang tidak berubah, kekurangan kegemaran seorang konsumen akan barang Z bertendensi mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh konsumen tersebut berkurang.
3.5. CATATAN MATEMATIKA
Seperti di atas telah kita singgung bahwa paling sedikit tersedia empat cara untuk mengungkapkan kurva permintaan, yaitu dengan menggunakan kata-kata, dengan menggunakan tabel, dengan menggunakan grafik clan yang terakhir ialah dengan menggunakan persamaan matematika. Dari ke empat cara tersebut masing-masing di samping mempunyai beberapa kelebihan juga mempunyai beberapa kelemahan. Tiga di antara cara tersebut sudah kita uraikan dan pula sudah banyak kita pergunakan. Yang perlu kita uraikan sekarang ialah cara yang ke empat, yaitu menggunakan persamaan matematika.
Kurva permintaan yang mempunyai bentuk garis lurus dalam bentuk persamaan garis dapat diungkapkan sebagai berikut:
Apabila Z, menunjukkan kuantitas barang Z yang diminta pada harga satuan setinggi H, dan ZZ menunjukkan kuantitas barang Z yang diminta pada harga satuan setinggi H2, maka dengan menyelesaikan pasangan persamaan ganda:
kita dapat menemukan nilai Zo dan a.
Untuk jelasnya kita perhatikan kurva permintaan DDZ pada Gambar 3.1.1. Oleh karena kurva permintaan ini juga mempunyai bentuk garis lurus, maka untuk menemukan persamaan garis kurva permintaan tersebut kita cukup mengambil dua titik kedudukan pada kurva permintaan DDZ. Misalnya saja kita ambil titik d di mana H = 300, Z= 10 dan titik h di mana H = 700, Z = 2. Kalau angka-angka ini kita masukkan ke dalam pasangan persamaan (3.5.2) kita menemukan:
Kalau pasangan persamaan ganda ini kita selesaikan, kita menemukan
Z = 16 dan a = -0,02
Ini berarti bahwa kurva permintaan DDz mempunyai persamaan garis:
Yang dimaksud dengan kurva permintaan individual akan sesuatu barang ialah suatu kurva atau suatu daftar yang menunjukkan jumlah-jumlah suatu barang untuk setiap satuan waktu yang oleh seorang konsumen ingin dan sanggup untuk membelinya ingin mengetahui kurva permintaan konsumen A akan beras, kita dapat memperolehnya dengan cara menyodorkan daftar seperti terlihat pada Tabe13.1.1 untuk diisi oleh konsumen A tersebut.
Kolom 1 tabel ini kita isi dengan sejumlah kemungkinan harga beras. Kolom 2 diisi oleh konsumen A. Setelah tabel tersebut kolom 2 nya telah terisi, maka tabel tersebut sudah merupakan apa yang oleh para ahli ekonomi dianamakannya sebagai tabel permintaan
konsumen individual, yang dalam contoh di atas adalah tabel permintaan individual konsumen A akan beras.
Di samping dapat diungkapkan dalam bentuk tabel, permintaan akan suatu barang dari seorang konsumen dapat pula diungkapkan dalam bentuk grafik atau dalam bentuk persamaan matematika. Kalau dalam bentuk tabel permintaan akan suatu barang sering disebut skedul permintaan atau demand schedule, atau juga bisa hanya disebut tabel permintaan. Kalau sebuah permintaan diungkapkan dalam bentuk grafik tepatnya disebut kurva permintaan, atau garis permintaan apabila permintaan diungkapkan dalam bentuk persamaan matematika seharusnya persamaan matematika tersebut dapat disebut sebagai fungsi permintaan.
Akan tetapi rupa-rupanya para ahli ekonomi berfikir pragmatis. Sepanjang yang dimaksud sama, istilah manapun boleh dipakai. Dengan sikap tersebut para ahli ekonomi kelihatannya paling suka menggunakan istilah-istilah kurva permintaan dan skedul permintaan. Istilah-istilah lainnya relatif jarang dipakai. Khusus untuk istilah fungsi permintaan perlu sekali dimintakan perhatian di sini bahwa seyogyanya tidak dipergunakan untuk menggantikan istilah kurva atau skedul permintaan. Adapun sebabnya ialah istilah fungsi permintaan oleh para ahli ekonomi dipergunakan dalam artian yang sedikit berbeda dengan istilah kurva permintaan. Kalau kurva atau skedul permintaan hanya menghubungkan kuantitas yang diminta dengan harga satuan barang tersebut, fungsi permintaGi, menghubungkan kuantitas yang diminta di samping dengan harga barang tersebut juga dengan faktor-faktor lainnya yang besar pengaruhnya terhadap jumlah barang yang konsumen ingin dan sanggup untuk membelinya, seperti misalnya, pendapatan konsumen yang bersangkutan, harga barang pengganti, harga barang komplementer dan cita rasa atau kesukaan si konsumen.
Dalam bentuk grafik,kurva permintaan konsumen A akan beras terlihat sebagai garis DDZ Gambar 3.1.1. Seperti halnya dalam kebanyakan literatur pada gambar tersebut sumbu vertikal dipergunakan untuk mengukur harga satuan barang bersangkutan, sedangkan sumbu horisontalnya dipakai untuk mengukur kuantitas barang yang bersangkutan.
Sumbu vertikal, oleh karena merupakan skala harga per satuan atau per unit barang, kita tandai dengan tanda Rp/Z, atau kadang-kadang hanya kita tulis HZ, atau bahkan hanya H, di mana H merupakan singkatan harga. Untuk mudahnya Z kita pergunaan sebagai barang yang kita permasalahkan. Jadi yang kita sebut barang Z dapat pisang goreng, dapat baju, dapat sepeda, dapat jasa hiburan, dan seterusnya. Dalam contoh Tabel 3.1.1 yang dimaksud barang Z di sini adalah beras. Oleh karena pada kolom harga Tabe13.1.1 harga dinyatakan per kologram, maka tanda Rp/Z pada sumbu vertikal Gambar 3.1., dapat pula diganti dengan tanda Rp/kg beras; yang maknanya yaitu harga dinyatakan dalam rupiah untuk tiap kologram beras.
Sumbu horisontal, di lain fihak, dipergunakan sebagai skala kuantitas. Pada gambar tersebut kita lihat tanda Z/s.w., yang cara membacanya ialah jumiah barang Z per satuan waktu. Kalau sumbu harga tentu saja dinyatakan dalam rupiah, yang oleh karenanya kita tandai Rp/Z; sumbu kuantitas dengan sendirinya dinyatakan dalam satuan fisik, yaitu misulnya dalam meter, desimeter, kilogram, kuintal, liter, mililiter, hektar, ekor, buah, biji, dan sebagainya lagi. Tetapi untuk mudahnya dalam literatur teori ekonomi biasanya tidak disebutkan. Tanda s.w. adalah singkatan satuan waktu. Satuan waktu ini dapat satu tahun, satu bulan, satu semester, satu jam, satu minggu clan sebagainya. Meskipun dalam literatur sering tidak disebut-sebut, namun dalam praktek kita tidak boleh melupakannya. Sebab kalau kita melupakannya, maka kurva permintaan yang kita perbincangkan tidak mempunyai arti sama sekali. Misalnya saja kalau ada pernyataan "Si A konsumsi berasnya tiga kilogram". Dari pernyataan ini kita tidak dapat menyimpulkan apakah si A makannya luar biasa banyaknya, ataukah luar biasa sedikitnya, ataukah biasa, sebab kita tidak tahu apakah 3 kilogram tersebut per hari, per triwulan atau per tahun. Kalau satuan waktunya disebutkan, barulah pernyataan tersebut mempunyai arti. Yaitu apakah satuan waktunya satu hari, kita dapat mengatakan bahwa si A makannya nasi luar biasa banyaknya. Kalau suatu waktunya satu minggu, kesimpulan kita ialah si A makannya nasi cukupan, tidak luar biasa. Tetapi kalau satuan waktunya satu bulan atau lebih, kita bisa mengatakan bahwa si A makannya nasi luar biasa sedikitnya.
3.2. BENTUK-BENTUK KURVA PERMINTAAN
Kurva permintaan dalam contoh Tabe13.1.1 dan Gambar 3.1.1 menggunakan asumsi bahwa hubungan antara jumlah barang Z yang diminta dengan harga per unit barang Z adalah negatif dalam arti bahwa lebih tingginya harga barang Z mengakibatkan iebih sedikitnya jumlah barang Z yang diminta, dan sebaliknya menurunnya harga barang Z mengakibatkan bertambahnya jumlah barang Z yang diminta. Dalam dunia yang nyata boleh dikatakan bahwa kurva permintaan konsumen individual untuk hampir semua barang dan jasa berlaku hubungan yang negatif antara perubahan harga dengan perubahan jumlah barang yang diminta. Hukum ekonomi yang mengungkapkan kenyataan ini biasa disebut sebagai hukum permintaan atau the law of demand. Kurva-kurva permintaan konsumen individual AA, BB, CC, DD dan EE pada Gambar 3.2.1 semuanya memenuhi hukum permintaan tersebut, mengingat bahwa masing-masing kurva permintaan tersebut bentuknya ke kanan menurun. Selanjutnya perlulah kiranya diketengahkan di sini bahwa untuk selanjutnya apabila kita menjumpai ungkapan kurva permintaan dengan bentuk normal, yang kita maksud ialah kurva-kurva permintaan yang memenuhi hukum permintaan tersebut.
Kurva-kurva permintaan yang tergolong sebagai menyimpang dari hukum permintaan kemungkinan ada tiga yaitu:
1. Kurva Permintaan Sejajar dengan Sumbu Harga. Pada Gambar 3.2.2 kurva permintaan FF memenuhi syarat ini. Kalau kita sudah sampai pada uraian mengenai elastisitas kita kan mengetahui bahwa kurva permintaan yang sejajar dengan sumbu harga disebut sebagai kurva permintaan inelastik sempurna.
Kurva permintaan konsumen individual yang inelastik sempurna ini banyak kita jumpai dalam dunia yang nyata dengan catatan bahwa kemungkinan-kemungkinan harga yang jauh di atas harga yang berlaku tidak turut diperhitungkan dalam penggambaran kurva permintaan tersebut. Misalnya saja kurva konsumen individual akan beras. Untuk konsumen yang pendapatannya rendah, kenaikan harga beras bertendensi mengurangi jumlah beras yang diminta. Sebaliknya m rnurunnya harga beras bertendensi menaikkan jumlah beras yang diminta. Jadi dengan perkataan lain untuk para konsumen yang tergolong dalam kelompok konsumen ini berlaku hukum permintaan. Tidak demikian halnya dengan konsumen yang penghasilannya tinggi. Dengan harga beras yang berlaku konsumsi berasnya sudah mencapai titik jenuh, sehingga menurunnya harga beras tidak akan mempengaruhi jumlah beras yang ia minta. Ini berarti bahwa harga-harga di bawah harga yang sekarang berlaku kurva permintaan akan beras konsumen tersebut sejajar dengan sumbu harga. Apakah sejajarnya dengan sumbu harga ini berlaku juga untuk harga-harga di atas harga yang berlaku? Ini juga sebagian besar tergantung kepada pendapatan konsumen. Semakin tinggi pendapatan konsumen tendensinya semakin panjang bagian daripada kurva permintaannya yang sejajar dengan sumbu harga. Akan tetapi bagaimanapun tinggi pendapatan seseorang, tetap adabatasnya. Oleh karena itu kita tidak dapatmengharapkan untuk menemukan kurva permintaan yang sejajar dengan sumbu harga ke atas tanpa batas. Mulai harga tertentu pastilah kurva permintaan tersebut berbelok mendekat ke sumbu harga, dan akhirnya berimpit dengan sumbu harga. Sebaliknya semakin rendah pendapatan konsumen tendensinya semakin pendek bagian daripada kurva permintaannya yang sejajar dengan sumbu harga. Untuk mereka-Yang pendapatannya rendah bahkan dapat terj adi seluruh bagian kurva permintaai n i?erlaku hukum permintaan dan tidak ada bagian yang sejajar dengan sumbu harga.
2. Kurva Permintaan Mempunyai Bentuk ke Kanan Naik. Hubungan antara Farga dengan kuantitas dalam kasus ini adalah positif. Pada Gambar 3.2.2 kurva permintaan yang memenuhi ketentuan ini ialah kurva permintaan GG. Salah satu kurva permintaan yang berbentuk demikian ialah kurva permintaan akan barang Gi,ffen. Sir Robert Giffen (1837-1910) pertama kali menemukan kenyataan bahwa meningkatnya harga kentang mengakibatkan bertambahnya jumlah kentang yang dikonsumsi masyarakat. Sebaliknya menurunnya harga kentang mengakibatkan berkurangnya jumlah kentang yang dikonsumsi masyarakat. Kasus yang diketemukan oleh Giffen ini terdapat di Irlandia. Oleh karena kasus ini berlawanan dengan hukum permintaan yang berlakunya sangat umum, maka kasus tersebut terkenal d°ngan sebutan Giffen paradox. Paradox Giffen ini terjadinya dapat diuraikan s: bagai berikut. Pada waktu itu kentang bagi masyarakat Irlandia merupakan bahan makanan yang menguasai sebagian besar pendapatan mereka yang pada waktu itu masih sangat rendah. Dengan menurunnya harga kentang, maka jumlah uang yang dipergunakan untuk membeli kentang berkurang. Ini memungkinkan mereka mengalihkan sebagian dari pendapatannya untuk membeli daging. Dengan perut mereka yang besarnya terbatas maka konsumsi daging yang meningkat tersebut menyebabkan konsumsi kentang mereka kurangi. Kebanyakan pengamat ekonomi berpendapat bahwa dalam perekonomian modern seperti sekarang ini kasus barang Giffen tidak lagi mudah kita jumpai, sekalipun barang-barang inferior yang bukan barang Giffen masih, dan mungkin juga untuk waktu-waktu mendatang, tetap banyak kita jumpai.
3. Kurva Permintaan Sejajar dengan Sumbu Kuantitas. Dalam Gambar 3.2.2 kurva permintaan yang memenuhi ketentuan ini ialah kurva permintaan HH. Nanti kalau kita sudah sampai kepada permasalahan tentang elastisitas kita akan menemukan bahwa kurva permintaan yang sejajar dengan sumbu kuantit\as biasa disebut kurva permintaan elastik sempurna. Kurva permintaan konsumen individual tidak mungkin mempunyai bentuk sejajar dengan sumbu kuantitas, mengingat bahwa dengan pendapatan yang jumlahnya terbatas dan bentuk kurva guna batas yang dimiliki konsumen yang menurun tidak memungkinkan konsumen yang rasional bertindak demikian.
Sebelum kita meninggalkan uraian mengenai bentuk-bentuk kurva permintaan, perlu kiranyadicatat bahwa terlepas daripada kenyataan-kenyataan di atas, dalam kebanyakan lieteratur diasumsikan bahwa disamping kurva-kurva permintaan seperti yang terlukis pada Gambar 3.2.1, kurva permintaan dengan bentuk vertikal sejajar dengan sumbu harga, dan juga kurva permintaan dengan bentuk horisontal sejajar dengan sumbu kuantitas digolongkan sebagai kurva-kurva permintaan berbentuk normal. Untuk selanjutnya, kita juga akan menggunakan kebiasan tersebut.
3.3. PERMINTAAN LA WAN JUMLAH YANG DIMINTA
Dalam percakapan sehari-hari kita jarang membedakan antara permintaan dengan jumlah yang diminta. Akan tetapi dalam kita menganalisis masalah-masalah ekonomi pembedaan antara permintaan dengan jumlah yang diminta relevan sekali. Sebab menurut pengertian ekonomi dapat terjadi permintaan bertambah tetapi jumlah yang diminta berkurang. Demikian pula sebaliknya dapat terjadi permintaan berkurang tetapi jumlah yang diminta bertambah.
Dalam ilmu ekonomi yang dimaksud dengan permintaan adalah seluruh bagian dari sebuah kurva permintaan. Permintaan akan suatu barang dikatakan berubah apabila kurva permintaan mengalami perubahan. Apabila kurva permintaan tidak mengalami perubahan dikatakan tidak ada perubahan permintaan. Apabila kurva permintaan tidak mengalami perubahan, dalam arti tidak bergeser ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah, yang mungkin berubah adalah kuantitas yang diminta. Dalam hal ini kuantitas yang diminta mengalami perubahan sebagai akibat daripada adanya perubahan harga barang tersebut, dan bukan sebagai akibat berubahnya permintaan. Untuk jelasnya kita perhatikan Gambar 3.1. dan Gambar 3.3.2.
Dalam Gambar 3.3.1 di mana DDZ merupakan garis permintaan seorang konsumen akan barang Z dinyatakan dalam satuan waktu mingguan. Kalau harga per unit barang Z yang harus dibayar konsumen tersebut Rp 300 per kilogramnya, maka konsumen tersebut akan membeli barang Z sebanyak 4 kilogram tiap minggunya. Sekarang kalau harga perkilogramnya naik menjadi Rp 400 maka jumlah barang Z yang akan dibeli oleh konsumen tersebut per minggunya akan menurun menjadi 2 kilogram. Sebaliknya apabila harga turun menjadi Rp 200 per kilogram, konsumen tersebut akan membeli 6 kilogram untuk setiap minggunya. Dalam kejadian-kejadian seperti ini jumlah barang Z yang dibeli oleh konsumen tersebut berubah-ubah sebagai akibat daripada perubahan harga barang bersangkutan, sedangkan garis permintaannya itu sendiri tidak mengalami perubahan, yaitu tetap DDZ. Kejadian seperti inilah yang kita sebut perubahan jumlah barang Z yang diminta dan bukan perubahan permintaan akan barang Z. Selama garis permintaan itu tidak bergeser dari tempatnya yang semula permintaan tidak mengalami perubahan.
Sekarang kita beralih pada Gambar 3.3.2 di mana D 1 D 1 merupakan garis permintaan akan barang Z pada periode ke 1, D2D2 merupakan garis permintaan akan barang Z pada periode ke 2, dan D3D3 merupakan garis permintaan akan barang Z pada periode ke 3.
Pada gambar tersebut bergesernya garis permintaan dari D 1 D 1 ke D2D2 merupakan perubahan permintaan. Oleh karena bergesernya ke kanan, atau dapat juga dikatakan ke atas, yang dengan perkataan lain menjauhi titik silang sumbu 0, dikatakan bahwa permintaan akan barang Z bertambah, yaitu dari D 1 D 1 ke D2D2. Sebaliknya kalau bergeser ke kiri, atau dapat pula dikatakan bergeser ke bawah, yaitu bergeser mendekat ke titik silang sumbu 0, yang dalam contoh kita terjadi di antara periode ke 2 dan ke 3, dikatakan bahwa permintaan akan barang Z berkurang, yaitu dari D2D2 ke D3D3.
Mengenai apakah bertambahnya atau meningkatnya permintaan akan barang Z akan diikuti atau disertai dengan bertambahnya jumlah barang Z yang diminta tergantung kepada apakah meningkatnya permintaan tersebut disertai dengan perubahan harga barang Z ataukah tidak. Dengan menggunakan asumsi ceteris paribus atau lain-lain hal tidak berubah dapat dikatakan bahwa dengan meningkatkan permintaan akan barang Z berarti:
(1) pada harga yang sama jumlah barang Z yang diminta lebih banyak daripada sebelumnya, dan
(2) untuk membeli barang Z dengan jumlah yang sama konsumen mau membelinya dengan harga yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Dengan menggunakan Gambar 3.3.2 pernyataan (1) dapat kita saksikan, bahwa dengan meningkatnya permintaan akan barang Z dari DA ke DZD2, dengan harga satuan barang Z yang tidak berubah setinggi OHt mengakibatkan jumlah barang Z yang dibeli bertambah dari semula sebanyak OZI unit sekarang menjadi OZZ unit. Selanjutnya pernyataan (2) dapat kita tunjukkan bahwa dengan bergesernya kurva permintaan akan barang Z tersebut untuk memperoleh kuantitas barang Z yang jumlahnya sama sebesar OZt unit, konsumen yang semula hanya mau membayarnya dengan harga OH, , sekarang mau membayarnya dengan harga OHZ rupiah per unit.
3.4. BEBERAPA PENYEBAB PERUBAHAN PERMINTAAN
Sesudah kita mengetahui perbedaan antara perubahan jumlah barang yang diminta dengan perubahan permintaan, langkah selanjutnya ialah meneliti tentang faktor-faktor penyebab berubahnya permintaan. Dengan perkataan lain apa yang kita cari ialah kejadiankejadian yang dapat mengakibatkan bergesernya kurva permintaan ke kanan atau ke kira, ke atas atau ke bawah. Di bawah ini secara singkat diuraikan mengenai kejadiakrkejadian tersebut.
1. Perubahan Pendapatan Konsumen. Untuk barang-barang yang normal, bertambah besarnya pendapatan yang diperoleh konsumen bertendensi mengakibatkan bergesernya kurva permintaan konsumen tersebut ke kanan. Menurunnya pendapatan si konsumen sebaliknya bertendensi menyebabkan bergesernya kurva permintaan konsumen tersebut ke kiri. Hanya untuk barang-barang yang inferior, yaitu barang konsumsi yang tidak disukai oleh konsumen dan hanya dikonsumsi kalau terpaksa, meningkatnya pendapatan konsumen bertendensi mengakibatkan menurunnya permintaan akan barang inferior tersebut. Misalnya untuk kebanyakan penduduk Indonesia, ketela merupakan bahan makanan pokok yang tidak begitu disukai. Dengan pendapatan yang rendah seorang konsumen terpaksa mengkonsumsi ketela sebagai bahan makanan pokok. Dengan meningkatnya pendapatan yang ia peroleh ia akan mengurangi permintaannya akan ketela. Ia berangsung-angsur menggantikan konsumsi ketelanya dengan konsumsi beras. Inferior tidaknya suatu barang merupakan suatu pengertian nisbi. Kita dapat mengatakan bahwa untuk bepergian dari Yogya ke Jakarta misalnya, jasa kereta api kelas III adalah inferior terhadap jasa kereta api kelas II, tetapi jasa kereta api kelas II ini adalah inferior juga yaitu terhadap jasa kereta api kelas I. Selanjutnya jasa kereta api kelas I adalah inferior terhadap jasa angkutan udara kelas ekonomi. Demikian seterusnya. Seorang konsumen dengan pendapatannya yang terhitung tidak tinggi misalnya dalam pengkonsumsian jasa pengangkutan berada pada pemilihan antara jasa pengangkutan kereta api kelas III dan kelas II. Apabila pendapatannya suatu ketika menurun, maka permintaan akan jasa kereta api kelas III akan naik, sedangkan permintaan akan jasa kereta api kelas II menurun. Pada waktu yang sama konsumen lainnya berada pada pilihan antara jasa kereta api BIMA kelas I dan angkutan udara kelas ekonomi. Meningkatnya pendapatan konsumen tersebut bertendensi mengakibatkan bergesernya permintaan akan karcis pesawat terbang ke kanan dan bergesernya permintaan akan karcis kereta api BIMA kelas I ke kiri.
2. Perubahan Harga Barang Pengganti. Sebagai alat pemuas kebutuhan makan, daging ayam dan daging sapi bagi kebanyakan konsumen merupakan dua barang yang mempunyai hubungan substitusi, dalam arti bahwa daging ayam dapat menggantikan daging sapi sebagai lauk, atau sebaliknya daging sapi dapat menggantikan daging ayam sebagai lauk. Apabila demikian, maka dengan menurunnya harga daging ayam, permintaan akan daging sapi bertendensi menurun. Sebaliknya dengan meningkatnya harga daging ayam, maka kurva permintaan akan daging sapi akan bergeser ke kanan. Dari contoh-contoh ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa apabila barang Y merupakan barang pengganti barang Z maka menurunnya harga barang Y akan mengakibatkan berkurangnya permintaan akan barang Z. Sebaliknya meningkatnya harga barang Y mempunyai tendensi mengakibatkan meningkatnya permintaan akan barang Z.
3. Perubahan Harga Barang Komplementer. Film dan alat pemotret misalnya, dikatakan mempunyai hubungan komplementer. Untuk menggunakan film diperlukan alat pemotret, sebaliknya alat pemotret tanpa adanya film tidak akan berfungsi. Mengingat akan adanya hubungan yang komplementer tersebut dapat diramalkan bahwa meningkatnya harga film akan menyebabkan berkurangnya permintaan akan alat pemotret. Sebaliknya, apabila harga alat pemotret menjadi lebih mahal dibandingkan dengars sebelumnya, maka kurva permintaan akan film mempunyai tendensi untuk bergeser ke kiri.
4. Perubahan Cita Rasa Konsumen. Cita rasa atau selera konsumen, mungkin disebabkan oleh perubahan umur, perubahan pendapatan, perubahan lingkungan dan sebagainya dapat mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa meningkatnya kegemaran konsumen akan suatu barang atau jasa, dapat pula berupa menurunnya kegemaran tersebut. Menurunnya kegemaran akan suatu barang dengan sendirinya akan tercermin oleh bergesernya kurva permintaan konsumen individual tersebut ke kiri. Sebaliknya meningkatnya kegemaran akan suatu barang bagi seorang konsumen akan tercermin dalam bentuk bergesernya kurva permintaan akan barang tersebut ke kanan.
Dengan diketahuinya kejadiari-kejadian yang dapat menyebabkan bergesernya kurva permintaan konsumen individual ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah, mudahlah kiranya difahami beberapa kesimpulan di bawah ini:
1. Dengan harga baarang Z yang tidak berubah, meningkatnya pendapatan yang diterima oleh seorang konsumen bertendensi mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh konsumen tersebut bertambah. Sebaliknya, dengan harga barang Z yang tidak berubah, menurunnya jumlah pendapatan seorang konsumen bertendensi mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh konsumen tersebut berkurang. Pernyataan ini berlaku selama barang Z merupakan barang normal. Untuk barangbarang inferior yang berlaku adalah sebaliknya.
2. Dengan harga barang Z yang tidak berubah, menurunnya harga barang pengganti barang Z bertendensi mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh seorang konsumen berkurang. Sebaliknya dengan harga barang Z yang tidak berubah, meningkatnya harga barang pengganti terhadap barang Z akan mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh konsumen bertambah.
3. Dengan harga barang Z yang tidak berubah, menurunnya harga barang yang mempunyai hubungan komplementer dengan barang Z bertendensi mengakibatkan bertambahnya jumlah barang Z yang diminta oleh seorang konsumen. Sebaliknya, dengan harga barang Z yang tidak berubah, meningkatnya harga barang yang mempunyai hubungan komplementer dengan barang Z bertendensi mengakibatkan berkurangnya jumlah barang Z yang diminta.
4. Dengan harga barang Z yang tidak berubah, bertambahnya kegemaran konsumen akan barang Z bertendensi mengakibatkan jumlah barang yang diminta oleh konsumen tersebut bertambah. Sebaliknya, dengan harga barang Z yang tidak berubah, kekurangan kegemaran seorang konsumen akan barang Z bertendensi mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh konsumen tersebut berkurang.
3.5. CATATAN MATEMATIKA
Seperti di atas telah kita singgung bahwa paling sedikit tersedia empat cara untuk mengungkapkan kurva permintaan, yaitu dengan menggunakan kata-kata, dengan menggunakan tabel, dengan menggunakan grafik clan yang terakhir ialah dengan menggunakan persamaan matematika. Dari ke empat cara tersebut masing-masing di samping mempunyai beberapa kelebihan juga mempunyai beberapa kelemahan. Tiga di antara cara tersebut sudah kita uraikan dan pula sudah banyak kita pergunakan. Yang perlu kita uraikan sekarang ialah cara yang ke empat, yaitu menggunakan persamaan matematika.
Kurva permintaan yang mempunyai bentuk garis lurus dalam bentuk persamaan garis dapat diungkapkan sebagai berikut:
Apabila Z, menunjukkan kuantitas barang Z yang diminta pada harga satuan setinggi H, dan ZZ menunjukkan kuantitas barang Z yang diminta pada harga satuan setinggi H2, maka dengan menyelesaikan pasangan persamaan ganda:
kita dapat menemukan nilai Zo dan a.
Untuk jelasnya kita perhatikan kurva permintaan DDZ pada Gambar 3.1.1. Oleh karena kurva permintaan ini juga mempunyai bentuk garis lurus, maka untuk menemukan persamaan garis kurva permintaan tersebut kita cukup mengambil dua titik kedudukan pada kurva permintaan DDZ. Misalnya saja kita ambil titik d di mana H = 300, Z= 10 dan titik h di mana H = 700, Z = 2. Kalau angka-angka ini kita masukkan ke dalam pasangan persamaan (3.5.2) kita menemukan:
Kalau pasangan persamaan ganda ini kita selesaikan, kita menemukan
Z = 16 dan a = -0,02
Ini berarti bahwa kurva permintaan DDz mempunyai persamaan garis:
Download Versi PDF :
0 komentar:
Post a Comment