Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Sunday, May 30, 2010

Berhati-hatilah Dalam Menggunakan Skema Analisis Du Pont

Sunday, May 30, 2010

Bagi sebagian besar pembaca, sebutan skema analisis du pont kiranya bukan lagi merupakan sesuatu yang baru. Skema analisis du pont merupakan suatu alat analisis ROI (yang merupakan singkatan 'rate of return on investment' dan yang kurang-lebihnya dapat kita tukar dengan istilah 'rentabilitas perusahaan' yang sangat ampuh.

Menurut pengamatan penulis, rupanya tidak berbeda dengan alat-alat analisis ampuh lainnya, skema analisis du Pont tersebut apabila dipergunakan secara kurang hati-hati justru dapat mendatangkan malapetaka bagi perusahaan pemakainya. Penerapan yang menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan kebanyakan timbul sebagai akibat perhatian pemakai skema analisis du Pont yang hanya terpancang pada apa yang tersurat dalam skemanya saja dan melupakan perlu diperhatikannya juga hubungan-hubungan kausal yang ada di antar komponen-komponen yang membentuk skema analisis du Pont tersebut. Hubungan-hubungan kausal yang dimaksud memang dalam skema tidak tersurat, sehingga mempunyai kecenderungan untuk diabaikan.

Dalam tulisan ini penulis dengan menggunakan alat analisis yang biasa ditemukan dalam literatur ekonomika manajerial, mencoba mengungkapkan beberapa hubungan kausal termaksud dengan sekaligus menunjukkan kesimpulan-kesimpulan yang menyesatkan yang kecendrungannya timbul sebagai akibat tidak disadari atau tidak diperhitungkan kemungkinan adanya hubungan-hubungan kausal tersebut.

Skema Analisis Du Pont

Sebelum kita memperbincangkan mengenai skema analisis du Pont, khususnya bagi pembaca yang sama sekali belum pernah mengenalnya, ada baiknya sebagai langkah pertama kita perkenalkan analisis du Pont melalui Gambar 1.

Yang dapat diuraikan dengan menggunakan skema analisis du Pont ialah ROI, yang merupakan singkatan 'rate of return on investment' , yang merupakan angka banding, atau rasio, antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya aktiva total perusahaan. Dari Gambar 1 dapat disaksikan bahwa ROI merupakan hasil perkalian perputaran aktiva total dengan marjin laba bersih ( 'profit margin'). Lebih lanjut, perputaran aktiva total didefenisikan sebagai hasil bagi aktiva total terhadap hasil penjualan, sedangkan marjin laba bersih didefenisikan sebagai rasio antara laba bersih dengan hasil penjualan. Dari sinilah kemudian dapat ditunjukkan alternatif-alternatif kebijaksanaan yang dapat menghasilkan peningkatan ROI.


Selanjutnya perlu diketengahkan bahwa apa tersurat dalam skema analisis du Pont semuanya hanya berupa kesamaan-kesamaan. Pada hal senyatanya hubungan kausal antara besaran yang satu dengan besaran yang lain banyak dijumpai. Di bawah nanti akan ditunjukkan bahwa dengan mengabaikan hubungan-hubungan kausal yang ada di antar komponen-komponen dalam skema analisis du Pont mempunyai kecenderungan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang menyesatkan tersebut dengan sendirinya mempunyai kecenderungan mendatangkan kerugian bagi perusahaan.

Skema Analisis Du Pont Sebagai Rangkaian Kesamaan Murni

Seperti yang terungkap dalam Gambar 1, terlihat dengan jelas bahwa skema analisis du Pont terbentuk dari sejumlah kesamaan-kesamaan. Secara terinci kesamaan-kesamaan tersebut ialah :

#1. Aktiva lancar = uang tunai + piutang + persediaan
#2. Aktiva total = aktiva tetap + aktiva lancar
#3. Perputaran aktiva = hasil penjualan : aktiva total
#4. Laba = hasil penjualan - (harga pokok penjualan + biaya operasi)
#5. Marjin laba bersih = laba : penjualan
#6. ROI = perputaran aktiva X marjin sisa hasil usaha

Dalam ungkapan-ungkapan tersebut di atas tanda = dipergunakan untuk menunjukkan bahwa persamaan yang terbentuk bukan sekedar persamaan, melainkan kesamaan atau ' identity; . Dalam kesamaan-kesamaan, hubungan antara nilai variabel pada sebelah kiri tanda kesamaan dengan variabel-variabel yang ada di sebelah kanan tanda kesamaan berupa hubungan definisional. Kesamaan yang mengungkapkan hubungan definisional tidak terkandung di dalamnya ungkapan mengenai hubungan kausal. Kesamaan hanya mengungkapkan hubungan antar variabel sesuai dengan definisi yang dipergunakan.

Pemakai analisis du Pont yang kurang hati-hati, yang hanya terpancang pada hubungan-hubungan definisional yang tersurat dalam bagannya saja dan tidak menyadari atau melupakan adanya hubungan-hubungan kausal di antara unsur-unsur yang membentuk skema analisis du Pont tersebut, mempunyai kecenderungan besar untuk menurunkan kesimpulan-kesimpulan yang menyesatkan ini tidak jarang pula pada gilirannya menurunkan saran-saran yang justru dapat mencelakakan perusahaan bersangkutan. Beberapa contoh dapat disebutkan di bawah ini.Dengan menentukan sebagai premis bahwa perusahaan mempunyai misi untuk memaksimumkan tingginya ROI, maka dengan mendasarkan pada kesamaan #6, tidaklah dapat diragukan kesimpulan yang menyebutkan bahwa ROI dapat dinaikkan dengan cara menaikkan tingkat perputaran aktiva dan atau menaikkan tingginya marjin laba bersih.


Tetapi masalahnya kemudian, bagaimana caranya kita menaikkan tingkat perputaran aktiva dan atau persentase marjin laba bersih?

Untuk menjawab pertanyaan seperti ini memang kita dapat berpegang pada kesamaan¬kesamaan yang isinya mengungkapkan defenisi dari pengertian-pengertian perputaran aktiva dan marjin laba bersih tersebut. Kesamaan #3 mengungkapkan bahwa angka perputaran aktiva total merupakan hasil bagi nilai aktiva total terhadap nilai hasil penjualan. Dan sini memang logis untuk menarik kesimpulan misalnya bahwa tingkat perputaran aktiva akan dapat dinaikkan dengan jalan mengurangi besamya aktiva perusahaan; oleh karena itu, kalau perusahaan ingin menaikkan ROI, cara yang mungkin paling mudah untuk mencapainya ialah dengan mengurangi aktiva perusahaan.

Kesimpulan-kesimpulan tersebut apabila dilihat hanya dengan menggunakan kacamata kesamaan-kesamaan seperti yang tersurat/terpancang pada skema analisis du Pont itu raja, memang tidak akan terlihat kemungkinan timbulnya kontradiksi-kontradiksi, kejanggalan¬kejanggalan, dan bahkan indikasi-indikasi yang mengingatkan kepada kita bahwa kesimpulan saran yang dihasilkan, penerapannya dalam praktek justru mempunyai kecenderungan mengakibatkan menurunnya ROI. Koreksi terhadap kesimpulan-kesimpulan akhir tersebut hanya dapat diperoleh apabila di samping memperhatikan apa yang secara ekplisit tergambar dalam skema analisis du Pont, kita menyelami juga hubunganhubungan kausal yang mungkin ada di antara variabel-variabel yang membentuk skema analisis du Pont tersebut.

Skema Du Pont Dengan Kelengkapan Hubungan Kausal

Di atas telah disebut, bahwa persamaan-persamaan seperti yang terlihat dalam skema analisis du Pont semuanya merupakan kesamaan-kesamaan. Hubungan kausal di antara variabel-variabel yang tercakup dalam skema analisis du Pont tersebut hanya akan nampak apabila kita menerapkan teori-teori atau konsep-konsep yang menerangkan perilaku variabel¬variabel bersangkutan. Di bawah ini beberapa hubungan kausal yang dipandang relevan dalam kaitannya dengan penggunaan analisis ROI du Pont akan diuraikan. Dengan mendasarkan pada pengetahuan mengenai hubungan-hubungan kausal tersebut, kita akan dapat membuat koreksi terhadap kesimpulan-kesimpulan yang menyesatkan seperti, yang dimaksudkan di atas.

Hubungan Antara Aktiva Dengan Omset Penjualan

Kembali kepada kesimpulan bahwa untuk menaikkan tingginya ROI bisa diwujudkan dengan cara menurunkan besamya aktiva. Apabila pernyataan tersebut sama sekali tidak dihubungkan dengan kenyataan praktek dan kemurnian kesamaan tetap dipertahankan, maka kita tidak dapat menyalahkan pemyataan tersebut. Akan tetapi apabila sebaliknya yang kita lakukan, yaitu apabila kita mengkaitkannya dengan kenyataan-kenyataan praktek, kesimpulan tersebut pantas dianggap sebagai kesimpulan yang menyesatkan.

Kesimpulan tersebut di atas tidak dapat dikatakan salah apabila asumsi bahwa besarnya aktiva tidak merupakan kendala atau pembatas besarnya penjualan. Akan tetapi kenyataan yang banyak kita jumpai tidak mendukung asumsi tersebut. Semakin besar jumlah barang yang kita jual, pada umumnya dibutuhkan pula persediaan bahan baku, persediaan bahan pembantu, persediaan suku cadang, persediaan barang setengah jadi, piutang dan juga uang tunai yang lebih banyak. Singkatnya ialah bahwa, mengecilnya aktiva dapat mengakibatkan lebih terbatasnya jumlah dan nilai penjualan.

Oleh karena itu, jelaslah bahwa menurunnya aktiva tidak selalu mengakibatkan meningkatnya angkaperputaran aktiva, oleh karena menurunnya aktiva dapat mengakibatkan menurunnya penjualan. Hanya apabila betul-betul bisa diyakini akan adanya kelebihan aktiva dengan jumlah yang cukup besar, saran untuk mengurangi besarnya aktiva bisa membawa hasil yang diinginkan.

Mengenai pengurangan aktiva atau terutama penurunan modal kerja, hendaklah perlu juga diperhatikan apakah kelebihan tersebut cukup besar dan bersifat sementara. Apabila sifatnya sementara, yaitu hanya beberapa minggu atau bulan, mungkin lebih baik cara menaikkan ROI melalui penurunan jumlah aktiva tidak dipergunakan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan, bahwa untuk kelestarian perusahaan pada umumnya diperlukan dapat dipertahankannya tingkat pertumbuhan perusahaan yang cukup memadai. Omset penjualan perlu tumbuh dan untuk melayani tumbuhnya omset penjualan, aktiva perusahaan perlu juga mengalami pertumbuhan.

Selanjutnya, selain penurunan aktiva lancar dapat mengakibatkan menurunnya penjualan, seperti diuraikan di atas, yang pada gilirannya melalui tingkat perputaran yang tetap rendah mengakibatkan tetap rendahnya ROI, menurunnya penjualan itu sendiri berkecendrungan mengakibatkan menurunnya marjin laba juga. Hubungan kausal ini tidak terlihat dalam skema analisis du Pont.

Mengapa marjin laba bersih menurun? Menurunnya marjin laba bersih sebagai akibat menurunnya omset perusahaan dengan gamblang antara lain diterangkan oleh konsep analisis break-even. Analisis break-even menunjukkan bahwa sebagi akibat adanya unsur biaya tetap, maka menurunnya omset penjualan akan mengakibatkan meningkatnya biaya per satuan. Dengan harga penjualan yang tidak berubah, meningkatnya biaya satuan akan mengakibatkan menurunnya marjin laba bersih.

Dari uraian di atas jelaslah kiranya bahwa saran untuk menaikkan ROI melalui penurunan aktiva yang diturunkan dari rangkaian kesamaan skema analisis du Pont tanpa disertai penelaahan pada hubungan-hubungan kausal antara variabel-variabel unsurnya, bila diterapkan dalam praktek kecenderungannya bahkan dapat mendatangkan akibat yang merugikan. Sekalipun demikian, perlu pula diketengahkan, bahwa memang ada keadaan¬keadaan di mana penurunan besarnya aktiva benar-benar dapat menaikkan ROI dan menguntungkan. Beberapa contoh dapat disebutkan :

(a) Perusahaan memiliki persediaan bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi, yang dikarenakan tidak dapat dipakai lagi karena rusak, karena perubahan proses produksi, karena perubahan macam dan atau kualitas produk yang dijual, dan sebagainya, dapat dijual atau dibuang tanpa menimbulkan ketidaklancaran dalam kegiatan produksi.

(b) Perusahaan memiliki mesin-mesin atau barang-barang kapital lainnya yang sudah tidak dipergunakan dalam produksi dan masih memiliki harga buku cukup besar.

(c) Perusahaan memiliki tanah belum terpakai, yang setelah diperhitungkan pula kebutuhan perluasan perusahaan pada waktu yang akan datang masih terhitung berlebihan.

(d) Setelah diperhitungakn tingkat pertumbuhan penjualan, modal kerja yang tersedia terhitung masih terlalu besar.

Marjin Laba Bersih

Dari kesamaan-kesamaan du Pont dapat ditarik kesimpulan bahwa ROI akan berhasil dinaikkan apabila perusahaan bisa menaikkan tingginya 'profit margin' atau mad in laba bersih, yang sesuai dengan kesamaan-kesamaan yang disajikan dapat dicapai dengan memperbesar laba atau laba bersih dan memperkecil hasil penjualan. Dari kesamaan laba atau laba bersih terlihat juga adanya beberapa altematif, yang dapat menuju tercapainyapeningkatan hasil penjualan. Semua altematif-altematif ini, kembali ditekankan disini, apabila hanya kesamaan-kesamaan raja yang diperhitungkan akan cenderung menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tegas (tetapi menyesatkan). Sebaliknya apabila kita memperhitungkan pula hubungan-hubungan kausal yang ada, banyak sekali kemungkinan kesimpulan yang dapat kita hasilkan.

Untuk menaikkan hasil penjualan dapat dipergunakan bermacam-macam cara. Apabila kita hanya terpancang oleh kesamaan hasil penjualan sama dengan kuantitas yang dijual kali harga jual per satuan', kita dapat menaikkan hasil penjualan dengan cara :

(a) menaikkan harga jual,
(b) memperbesar volume penjualan, dan
(c) menaikkan harga jual dan memperbesar volume penjualan bersama-sama.

Akan tetapi apabila kita mendasarkan pada konsep ekonomi mengenai permintaan, masalahnya tidaklah sesederhana itu. Menaikkan harga jual tanpa mengurangi volume penjualan sangat sukar untuk berhasil; lebih-lebih untuk perusahaan yang menghadapi banyak saingan. Untuk perusahaan yang mempunyai kedudukan monopoli sekalipun tidak mungkin menaikkan harga jual tanpa diikuti oleh penurunan jumlah yang terjual; kecuali apabila pada mulanya terdapat adanya kelebihan permintaan yang cukup besar.

Sebagai akibat menurunnya volume penjualan tidal lagi dapat dipastikan bahwa hasil,penjualan akan meningkat, sekalipun harga jual dinaikkan. Hanya apabila permintaan akan produk yang dihasilkan oleh perusahaan berada dalam keadaan inelastik hasil penjualan akan meningkat. akan tetapi sebaliknya, apabila elastik, maka hasil penjualan akan menurun. Apabila hasil penjualan menurun, ROI juga dapat menurun melalui beberapa jalur:

(a) Melalui penurunan laba; yaitu sebagai akibat menurunnya hasil penjualan dan atau sebagai akibat meningkatnya biaya rata-rata;
(b) Menurunnya marjin laba bersih sebagai akibat kejadian butir (a) tersebut dengan persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan persentase penurunan hasil penjualan.
(c) menurunnya perputaran aktiva yang diakibatkan oleh menurunnya hasil penjualan. Apabila menurunnya angka perputaran tersebut tidak dibarengi oleh meningkatnya marjin laba bersih dengan persentase kenaikan yang tingginya paling tidak sama dengan penurunan angka perputaran aktiva, maka ROI akan menurun pula.

Sekarang bagaimana kalau keadaan permintaan inelastik, yang berarti meningkatnya harga jual mengakibatkan naiknya hasil penjualan? Apakah dalam keadaan seperti ini keberhasilan kebijaksanaan menaikkan harga jual dengan maksud meningkatkan tingginya ROI masih perlu diragukan?

Jawabnya: Memang masih perlu diragukan. Sekalipun meningkatnya hasil penjualan menghasilkan peningkatan pada angka perputaran aktiva, akan tetapi kita hams ingat bahwa meningkatnya hasil penjualan pada saat yang sama juga menurunkan marjin laba bersih. Dengan demikian masalahnya tinggal berupa apakah persentase kenaikkan hasil penjualan tersebut kenyataannya lebih tinggi ataukah lebih rendah bila dibandingkan dengan persentase kenaikan biaya tetap rata-rata sebagai akibat menurunnya volume penjualan. Apabila persentase kenaikan hasil penjualan melebihi persentase kenaikkan biaya tetap per satuan, besarny a laba akan meningkat. Kalau ini dipenuhi, barulah angka ROI betul-betul meningkat.

Efisiensi Dan ROI

Sering kita dengar ungkapan-ungkapan bahwa untuk bisa memperoleh laba yang besar dan juga untuk dapat mempertahankan eksisitensi perusahaan, perusahaan hams beroperasi secara efisien. Bahkan mengingat bahwa gejala konsentrasi pada banyak bidang usaha dijumpai juga di negara kita, maka untuk dapat tercapainya kontinuitas, bagi perusahaan tidak cukup hanya bisa mempertahankan, melainkan juga hams senantiasa meningkatkan efisiensi kerjanya.

Pernyataan di atas, sepenuhnya dapat diterima. Dengan beroperasi secara lebih efisien berarti bahwa untuk menghasilkan keluaran atau 'output' yang sama bisa dicapai dengan menggunakan masukan atau 'input' yang lebih kecil dibandingkan dengan sebelumnya. Dengan menggunakan ungkapan skema analisis du Pont ini berarti bahwa untuk hasil penjualan yang sama, dengan beroperasi secara lebih efisien bisa dicapai dengan jumlah biaya yang lebih rendah. Ini lebih lanjut berarti bahwa dengan menggunakan kesamaan #4 angka laba bersih naik. Dengan naiknya laba bersih, sekalipun hasil penjualan tidak berubah, maka berdasarkan kesamaan #5, marjin laba bersih akan naik karenanya. Dengan angka perputaran aktiva yang tidak berubah, maka dengan menggunakan kesamaan #1 berarti ROI meningkat.

Masalahnya sekarang: "Bagaimana caranya meningkatkan efisiensi operasi perusahaan?" Terhadap pertanyaan tersebut dapatlah di sini dikatakan, bahwa dengan melalui sistem perencanaan yang lebih baik, dengan organisasi yang lebih baik, dengan komposisi atau susunan karyawan, alat-alat produksi dan berbagai masukkan yang tersedia yamg lebih baik, dengan hubungan kerja yang lebih baik, dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan di berbagai bidang yang lebih tepat, dan seterusnya, yang semuanya dapat dikatakan berada di luar bidang manajemen pembelanjaan, tingkat efisiensi operasi perusahaan akan dapat dinaikkan.

Peningkatan efisiensi operasi perusahaan ini ditandai oleh bergesemya kebawah kurva biaya rata-rata. Dalam Gambar 2 peningkatan efisiensi operasi perusahaan terungkapkan dalam bentuk bergesernnay kurva biaya rata-rata dari AC ke AiCI.

Manaikkan ROI Melalui Kegiatan Pemasaran

Kalau peningkatan efisiensi menggeser kurva biaya rata-rata ke bawah dan bergesernya kurva biaya rata-rata tersebut pada gilirannya mengakibatkan meningkatnya marjin laba bersih, yang akhimya meningkatkan tingginya ROI, maka untuk kegiatan-kegiatan pemasaran yang berdaya dan berhasil guna akan menaikkan tingkat ROI melalui pergeseran kurva hasil penjualan rata-rata AR menjauhi titik silang sumbu 0.


Kalau dipergunakan Gambar 2, kegiatan 'marketing mix' yang tepat menggeser kurva AR ke kanan. Dengan bergesemya kurva AR ke kanan, maka bagi perusahaan terbuka dua pilihan untuk menaikkan ROI, yaitu :

(a) Perusahaan tetap mempertahankan harga jual yang semula berlaku, yaitu setinggi 0110 dengan disertai meningkatnya potensi penjualan dari OB0 ke 013 Kalau ini yang dipilih, ROI akan naik melalui :
1. lebih rendahnya biaya rata-rata, khususnya melalui unsur biaya tetap rata-ratanya,

2. meningkatnya angka perputaran aktiva total, andaikan dalam keadaan semula masih tersedia kapasitas aktiva total (khususnya unsur aktiva lancarnya) atau kapasitas modal kerja yang masih menganggur.

(b) Perusahaan menaikkan harga jualnya. Kalau ini yang dipilih, maka meningkatnya ROI akan terwujud melalui meningkatnya angka marjin laba usaha. Dengan perputaran aktiva.total yang tidak mengalami perubahan meningkatnya marjin laba bersih dengan sendirinya akan menghasilkan kenaikan pada angka ROI.

Dengan sendirinya pilihan gabungan antara pilihan (a) dan (b) dapat disebutkan, akan tetapi akan terasa berlebihan untuk di uaraikan. Dengan menggunakan Gambar 2 pilihan (a) dapat menghasilkan pembengkakan potensi penjualan sebesar BoB1, dan pilihan (b) dapat memungkinkan perusahaan manaikkan harga jualnya dengan HoH1.

Akhirnya, perlu kiranya diketengahkan pula disini, bahwa usaha untuk meningkatkan ROI baik melalui peningkatan efisiensi maupun melalui kebijaksanaan 'marketing-mix' yang tepat seperti dalam contoh di atas, bisa dicapai dengan ataupun tanpa membutuhkan tambahan beban biaya. Apabila tidak diperlukan tambahan beban biaya, dapatlah dipastikan bahwa ROI akan meningkat sebagai akibat kegiatan-kegiatan tersebut. Akan tetapi apabila untuk peningkatan efisiensi dan 'product-mix' diperlukan tambahan beban biaya, maka peningkatan ROI seperti yang diinginkan belum pasti tercapai, sebab peningkatan beban biaya itu sendiri merupakan unsur yang mempunyai pengaruh menurunkan tingginya ROI. Dari uraian tersebut, jelaslah kiranya pentingnya kita memperhitungkan juga secara cermat kemungkinan perubahan biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan ROI.

Kesimpulan

Dari uraian yang disajikan di atas, dapat kiranya disarikan beberapa kesimpulan :
1. Hubungan-hubungan seperti yang terpampang pada skema analisis ROI du Pont hanya berupa kesamaan-kesamaan. Skema yang hanya mengungkapkan kesamaan-kesamaan tanpa disertai dangan perhatian pada hubungan-hubungan kausal yang mungkin terjadi antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, mempunyai kecenderungan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang menyesatkan.
2. Apabila dalam keadaan semula volume penjualan telah tidak lagi berada di sebelah kiri kurva AR, harga jual telah tidak lagi berada pada ketinggian optimal, ROI tidak mungkin dapat dinaikkan, kecuali melalui usaha menggeser kurva AC ke bawah dengan jalan menaikkan tingkat efisiensi di berbagai bidang atau melalui penggeseran kurva AR ke kanan antara lain dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan pemasaran tertentu, seperti misalnya 'marketing mix' yang tepat.
3. Meningkatnya beban biaya yang diperlukan untuk meningkatkan ROI, peranannya terhadap tingginya ROI harus pula diperhitungkan.



Download Versi Pdf

Berhati-hatilah Dalam Menggunakan Skema Analisis Du Pont. Pdf

Anda Akan Menyukai ini :

0 komentar:

Post a Comment

 

Komentar

Postingan Terakhir