Rabu, 3 Februari 2010 | 14:01 WIB
BEIJING, KOMPAS.com — Seorang tukang ojek merantai anak lelakinya yang berusia 2 tahun di luar sebuah pertokoan ketika ia mencari penumpang di Kabupaten Fangshan. Pria bernama Chen Chuanliu itu telah menolak bantuan dari pemerintah setempat.
Ayah yang berusia 42 tahun itu mengatakan, ia kehilangan putrinya yang berusia 4 tahun pada bulan lalu. Menurut dia, merantai anak lelakinya adalah satu-satunya cara untuk menjaga keselamatan putranya.
Sejak Jumat lalu ia merantai anak lelakinya sehingga ia dapat bekerja menjemput penumpang. Ia menghentikan perbuatannya, Selasa (2/2/2010), setelah ada pendekatan dari pemerintah setempat.
"Istri saya mengalami gangguan mental. Dia tak dapat merawat anak-anak saya dan saya harus bekerja untuk menunjang keluarga saya," kata pria itu, Selasa.
"Saya bahkan tak memiliki gambar dia (anak perempuannya yang hilang) untuk digunakan dalam iklan orang hilang. Saya tak mau kehilangan putra saya juga," katanya.
Chen menghasilkan sebanyak 50 yuan per hari dari layanan ojek sepeda motornya. Banyak orang sejak itu telah menawarkan dia banyak uang sebagai imbalan buat adopsi anak-anaknya. "Namun, ia menolak," kata seorang pemilik toko yang bermarga Zhang.
Kamarnya yang pengap dan gelap dengan ukuran 10 meter persegi penuh dengan pakaian anak-anak yang disumbangkan oleh tetangga. "Ia adalah orang baik dan merawat anak-anaknya dengan baik sehingga banyak orang senang membantu keluarganya," kata seorang tetangga.
Pemerintah kabupaten berbicara dengan Chen empat kali pada 2009 dan meminta dia kembali ke Sichuan, tetapi ia menolak. "Saya dapat menghasilkan uang di sini. Jika saya kembali ke kota kelahiran saya di Provinsi Sichuan, saya tak punya apa-apa," katanya.
Namun, pemerintah kabupaten mengatakan, pemerintah tak memiliki penyelesaian yang cocok buat masalah itu dan berharap masyarakat akan membantu keluarga tersebut. "Mereka bukan warga setempat. Jadi, anak laki-laki itu tak memenuhi syarat untuk masuk taman kanak-kanak," kata seorang direktur yang bermarga Li dari kantor pers pemerintah Kabupaten Fangshan.
"Ini sebenarnya masalah sosial buat keluarga pendatang di Beijing. Kami memiliki sekolah buat anak-anak pendatang di ibu kota, tetapi tidak memiliki taman kanak-kanak. Anak laki-laki ini menarik perhatian karena ia dirantai. Akan tetapi, pada kenyataannya, ada banyak anak kecil dari keluarga pendatang yang berkeliaran di Beijing dan tak tercakup oleh kebijakan pemerintah," kata direktur tersebut.
Penulis: ABI | Editor: Abi | Sumber : ANT
BEIJING, KOMPAS.com — Seorang tukang ojek merantai anak lelakinya yang berusia 2 tahun di luar sebuah pertokoan ketika ia mencari penumpang di Kabupaten Fangshan. Pria bernama Chen Chuanliu itu telah menolak bantuan dari pemerintah setempat.
Ayah yang berusia 42 tahun itu mengatakan, ia kehilangan putrinya yang berusia 4 tahun pada bulan lalu. Menurut dia, merantai anak lelakinya adalah satu-satunya cara untuk menjaga keselamatan putranya.
Sejak Jumat lalu ia merantai anak lelakinya sehingga ia dapat bekerja menjemput penumpang. Ia menghentikan perbuatannya, Selasa (2/2/2010), setelah ada pendekatan dari pemerintah setempat.
"Istri saya mengalami gangguan mental. Dia tak dapat merawat anak-anak saya dan saya harus bekerja untuk menunjang keluarga saya," kata pria itu, Selasa.
"Saya bahkan tak memiliki gambar dia (anak perempuannya yang hilang) untuk digunakan dalam iklan orang hilang. Saya tak mau kehilangan putra saya juga," katanya.
Chen menghasilkan sebanyak 50 yuan per hari dari layanan ojek sepeda motornya. Banyak orang sejak itu telah menawarkan dia banyak uang sebagai imbalan buat adopsi anak-anaknya. "Namun, ia menolak," kata seorang pemilik toko yang bermarga Zhang.
Kamarnya yang pengap dan gelap dengan ukuran 10 meter persegi penuh dengan pakaian anak-anak yang disumbangkan oleh tetangga. "Ia adalah orang baik dan merawat anak-anaknya dengan baik sehingga banyak orang senang membantu keluarganya," kata seorang tetangga.
Pemerintah kabupaten berbicara dengan Chen empat kali pada 2009 dan meminta dia kembali ke Sichuan, tetapi ia menolak. "Saya dapat menghasilkan uang di sini. Jika saya kembali ke kota kelahiran saya di Provinsi Sichuan, saya tak punya apa-apa," katanya.
Namun, pemerintah kabupaten mengatakan, pemerintah tak memiliki penyelesaian yang cocok buat masalah itu dan berharap masyarakat akan membantu keluarga tersebut. "Mereka bukan warga setempat. Jadi, anak laki-laki itu tak memenuhi syarat untuk masuk taman kanak-kanak," kata seorang direktur yang bermarga Li dari kantor pers pemerintah Kabupaten Fangshan.
"Ini sebenarnya masalah sosial buat keluarga pendatang di Beijing. Kami memiliki sekolah buat anak-anak pendatang di ibu kota, tetapi tidak memiliki taman kanak-kanak. Anak laki-laki ini menarik perhatian karena ia dirantai. Akan tetapi, pada kenyataannya, ada banyak anak kecil dari keluarga pendatang yang berkeliaran di Beijing dan tak tercakup oleh kebijakan pemerintah," kata direktur tersebut.
Penulis: ABI | Editor: Abi | Sumber : ANT
0 komentar:
Post a Comment