LONDON, KOMPAS.com — Jumlah pria Inggris yang tinggal di rumah untuk merawat anak-anak meningkat sepuluh kali lipat dalam satu dekade terakhir.
Sekitar 6 persen dari para ayah atau setara dengan 600.000 orang kini menganggap dirinya sebagai penjaga anak. Angka itu naik dari hanya 60.000 orang yang mengatakan hal serupa pada 10 tahun lalu. Angka itu diperoleh berdasarkan studi terbaru yang dilakukan perusahaan asuransi raksasa, Aviva, dan dilansir Telegraph, Rabu (7/4/2010).
Sebanyak 18 persen lebih pasangan itu mengatakan bahwa mereka membagi tanggung jawab pengasuhan anak secara seimbang.
Alasan utama keluarga menyerahkan peran menjaga anak-anak kepada suami adalah penghasilan istri yang lebih tinggi. Studi itu menunjukkan, perempuan saat ini menjadi pencari nafkah utama dari 16 persen keluarga yang memiliki anak-anak yang masih harus ditanggung.
Studi itu juga menunjukkan bahwa pada 85 persen rumah tangga dengan anak-anak, salah satu orangtuanya telah mengurangi jam kerja atau sepenuhnya berhenti bekerja demi mengurus anak-anak mereka. Sebanyak sepertiga dari mereka mengaku melakukan hal itu karena masalah biaya penitipan anak.
Namun, banyak perempuan yang menjadi pencari nafkah utama mengaku bahwa pembalikan peran itu sulit. Sebanyak 37 persen mengatakan mereka merasa bersalah karena harus keluar rumah untuk bekerja dan meninggalkan anak-anak, sementara 15 persen mengakui bahwa mereka kadang-kadang membenci fakta bahwa pasangan mereka tidak harus bekerja. Namun, hanya 9 persen dari responden yang mengatakan bahwa mereka ingin bertukar tempat dengan pasangannya dan menjadi orangtua yang tinggal di rumah.
Kaum pria juga tampaknya lebih bahagia dengan perubahan itu ketimbang wanita, dengan 75 persen pria mengatakan bahwa mereka merasa beruntung dapat menghabiskan begitu banyak waktu dengan anak-anak. Adapun 29 persen merasakan bahwa memelihara keturunan lebih berharga daripada pergi bekerja.
Namun, 10 persen mengakui bahwa merawat anak-anak membuat mereka merasa kurang sebagai seorang pria, dan 17 persen berharap mereka mendapatkan lebih banyak uang sehingga mereka bisa pergi bekerja sehingga pasangan merekalah yang seharusnya merawat anak-anak.
Louise Colley, Kepala Bidang Pemasaran Perlindungan Asuransi Aviva, mengatakan, "Meskipun secara umum masih biasa bagi laki-laki untuk mengambil peran yang lebih konvensional sebagai pencari nafkah utama, penelitian kami menunjukkan hal ini sedang bergeser dan lebih banyak perempuan kini menjadi pencari nafkah."
Ia menambahkan, "Meski kedua peran itu sama-sama berharga, kini ada kemungkinan bahwa perempuan akan berangkat ke kantor, sementara pria mengganti popok dan mengantar anak ke sekolah."
Penulis: EGP | Editor: aegi
Sekitar 6 persen dari para ayah atau setara dengan 600.000 orang kini menganggap dirinya sebagai penjaga anak. Angka itu naik dari hanya 60.000 orang yang mengatakan hal serupa pada 10 tahun lalu. Angka itu diperoleh berdasarkan studi terbaru yang dilakukan perusahaan asuransi raksasa, Aviva, dan dilansir Telegraph, Rabu (7/4/2010).
Sebanyak 18 persen lebih pasangan itu mengatakan bahwa mereka membagi tanggung jawab pengasuhan anak secara seimbang.
Alasan utama keluarga menyerahkan peran menjaga anak-anak kepada suami adalah penghasilan istri yang lebih tinggi. Studi itu menunjukkan, perempuan saat ini menjadi pencari nafkah utama dari 16 persen keluarga yang memiliki anak-anak yang masih harus ditanggung.
Studi itu juga menunjukkan bahwa pada 85 persen rumah tangga dengan anak-anak, salah satu orangtuanya telah mengurangi jam kerja atau sepenuhnya berhenti bekerja demi mengurus anak-anak mereka. Sebanyak sepertiga dari mereka mengaku melakukan hal itu karena masalah biaya penitipan anak.
Namun, banyak perempuan yang menjadi pencari nafkah utama mengaku bahwa pembalikan peran itu sulit. Sebanyak 37 persen mengatakan mereka merasa bersalah karena harus keluar rumah untuk bekerja dan meninggalkan anak-anak, sementara 15 persen mengakui bahwa mereka kadang-kadang membenci fakta bahwa pasangan mereka tidak harus bekerja. Namun, hanya 9 persen dari responden yang mengatakan bahwa mereka ingin bertukar tempat dengan pasangannya dan menjadi orangtua yang tinggal di rumah.
Kaum pria juga tampaknya lebih bahagia dengan perubahan itu ketimbang wanita, dengan 75 persen pria mengatakan bahwa mereka merasa beruntung dapat menghabiskan begitu banyak waktu dengan anak-anak. Adapun 29 persen merasakan bahwa memelihara keturunan lebih berharga daripada pergi bekerja.
Namun, 10 persen mengakui bahwa merawat anak-anak membuat mereka merasa kurang sebagai seorang pria, dan 17 persen berharap mereka mendapatkan lebih banyak uang sehingga mereka bisa pergi bekerja sehingga pasangan merekalah yang seharusnya merawat anak-anak.
Louise Colley, Kepala Bidang Pemasaran Perlindungan Asuransi Aviva, mengatakan, "Meskipun secara umum masih biasa bagi laki-laki untuk mengambil peran yang lebih konvensional sebagai pencari nafkah utama, penelitian kami menunjukkan hal ini sedang bergeser dan lebih banyak perempuan kini menjadi pencari nafkah."
Ia menambahkan, "Meski kedua peran itu sama-sama berharga, kini ada kemungkinan bahwa perempuan akan berangkat ke kantor, sementara pria mengganti popok dan mengantar anak ke sekolah."
Penulis: EGP | Editor: aegi
0 komentar:
Post a Comment