Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Wednesday, April 21, 2010

Menguak Misteri Kharismatik

Wednesday, April 21, 2010

Siapa yang tidak ingin dikenal sebagai individu yang memiliki karisma? Sebetulnya apa arti "karisma"? Terus terang saya merasa agak sulit mendefinisikan kata "karisma" secara tepat. Konon kabarnya, seseorang yang memiliki karisma dinilai sebagai orang yang tidak pernah membosankan, penuh vitalitas, memiliki daya tarik seksual, bisa membuat siapa pun bersedia berkorban untuknya, dan berbagai komentar lain yang membuat saya semakin tertarik untuk menguak misteri karisma.

Pertanyaan sederhana yang ada dalam pikiran saya adalah: adakah kiat praktis agar kita dapat memiliki karisma layaknya seorang pemimpin besar? Mari kita lihat kiat seorang bintang Hollywood Katharine Hepburn, dalam upayanya menumbuhkan karisma diri. Hepburn dikenal sebagai salah satu artis yang memiliki karisma begitu kuat. Dalam satu acara. Hepburn pernah menyatakan bahwa ia senantiasa berusaha menganggap dirinya istimewa dibandingkan orang lain, walaupun artis lain banyak yang lebih seksi, lebih cantik, atau lebih menarik dari dirinya. Kepercayaan dirinya sangat besar sampai-sampai segala kelemahannya ia anggap sebagai uniqe beauty yang tidak dapat dinikmati oleh orang lain, namun sangat berharga bagi dirinya. Kita tidak perlu menjadi artis Hollywood atau direktur perusahaan untuk dapat memiliki karisma, namun kita dapat melakukan introspeksi diri sebagai langkah awal menumbuhkan karisma diri seperti yang dilakukan oleh Hepburn.

Salah satu bentuk introspeksi diri adalah dengan menjawab pertanyaan ini secara jujur. Apakah Anda bangga dengan diri Anda sendiri? Apakah Anda dapat menerima kenyataan bahwa Anda mungkin tidak terlalu tinggi, tidak secerdas rekan kerja, tidak sekaya tetangga, atau tidak terlalu pandai bicara? Apakah Anda senantiasa optimis dengan masa depan, terlepas dari adanya tragedi WTC di Amerika Serikat?

Pertanyaan ini bukan bermaksud untuk melarang Anda memiliki rasa takut, cemas, atau khawatir sama sekali, karena perasaan seperti ini tentunya pernah dialami oleh semua orang, tidak kecuali mereka yang memiliki karisma. Namun demikian, seseorang yang karismatik pada umumnya selalu dapat melihat sisi positif dari kenyataan yang buruk sekalipun. Saya ambil contoh seorang fresh graduate yang cukup cerdas, tampan, dan pandai bergaul. Dengan segala kelebihan yang ia miliki, ia tetap memiliki perasaan cemburu pada rekannya hanya karena atasannya selalu berkata "Kenapa sih kamu tidak bisa luwes bergaul seperti si anu itu?" Menurut saya, orang lain boleh saja sulit menerima kekurangan kita. Namun demikian, semua itu hendaknya tidak sampai membuat kita menjadi kurang percaya diri, minder, cemburu pada orang lain, bahkan berangan-angan untuk menjadi orang lain. Jika Anda dapat menerapkan hal ini, maka Anda telah berhasil menguak misteri karisma yang pertama, yaitu deep respect pada diri sendiri adalah kunci utama untuk memiliki karisma.

Misteri kedua berkaitan dengan adanya asumsi bahwa tidak semua orang bisa memiliki karisma. Saya termasuk yang percaya bahwa intrinsic charisma is within all of us. Dengan kata lain, seorang office boy pada dasarnya memiliki intrinsic charisma yang sama kuatnya dengan seorang direktur perusahaan. Masalahnya hanya pada bentuk manifestasi dari intrinsic charisma yang berbeda-beda, yaitu dari perilaku, ucapan, maupun bahasa tubuhnya. Jika seorang office boy memiliki deep respect yang begitu besar terhadap dirinya sendiri-sebagai modal utama untuk bisa tampil secara karismatik-maka seharusnya ia memiliki peluang untuk bisa tampil karismatik dalam kapasitasnya sebagai office boy.

Sebagai contoh, ketika ada pembagian tugas jaga di kantor kami, beberapa office boy langsung memberikan respon serupa, "Ah, buat apa jaga sampai lembur kalau dibayar hanya segitu. Itu namanya dikerjain sama perusahaan." Tetapi tiba-tiba ada seorang office boy yang mengatakan, "Kenapa nggak dicoba dulu! Toh nanti kalau nggak cocok bisa dibicarakan dengan perusahaan." Mungkin bagi sebagian orang reaksi seperti itu hanya merupakan indikasi kepatuhan terhadap kewajiban kerja. Namun bagi saya, reaksi dari office boy terakhir menunjukkan kualitas karisma tersendiri. Ia tidak menganggap tugas ini sebagai bentuk eksploitasi atau pelecehan karena ia menyadari bahwa dirinya memberikan kontribusi sama pentingnya dengan posisi yang lain sehingga dapat berpikir lebih positif.

Jika dibandingkan dengan seorang manajer atau direktur perusahaan karisma yang ditampilkan oleh seorang office boy tentu memiliki bentuk dan kualitas yang berbeda. Bisakah Anda bayangkan jika setiap orang di perusahaan Anda mampu memunculkan intrinsic charisma pribadi dalam kapasitasnya masing-masing?

Anda Akan Menukai ini :

0 komentar:

Post a Comment

 

Komentar

Postingan Terakhir