Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Friday, April 2, 2010

Filsafat Ilmu - BAB V Kebenaran

Friday, April 2, 2010
BAB V
Kebenaran




1. Catatan Awal

Manusia ingin tahu yang benar. Hanya kebenaran yang memuaskan rasa ingin tahu manusia. Dengan kata lain, tujuan pengetahuan ialah mengetahui yang benar (kebenaran). Tujuan ilmu juga mencapai kebenaran. Dengan kata lain, dalam ilmu manusia ingin memperoleh pengetahuan yang benar.Karena ilmu merupakan pengetahuan yang sistematis, maka pengetahuan yang dituju ilmu ialah pengetahuan ilmiah. Pembahasan dalam bab ini berkisar pada pertanyaan: apa itu kebenaran?
Kalau Bambang berkata saya melihat pelangi di angkasa, apa maksudnya bahwa saya ntelihat pelangi di angkasa itu benar? .

Harus diakui bahwa ini bukan suatu yang mudah. Seperti ditulis Reuben Abel, masalahnya adalah mengklarifikasi hakikat kebenaran, bukan mencari kriteria kebenaran. Dengan kata lain, menjelaskan bagaimana dan dengan cara apa suatu proposisi yang benar berbeda dari proposisi yang tidak benar (palsu), dan bukannya mengidentifikasi kapan suatu proposisi itu benar (Abel, hlm. 74).

Dalam bab ini dibahas berbagai aspek dari pertanyaan pokok: apa itu kebenaran? Dalam kaitan dengan kuliah Filsafat Ilmu, tentu secara khusus diberi tekanan pada pembahasan sekitar kebenaran ilmiah.

2. Apa Itu Kebenaran?

Telah dikatakan bahwa manusia bukan tidak sekedar ingin tahu, tetapi ingin tahu
kebenaran. la ingin memiliki pengetahuan yang benar'. Kebenaran ialah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya. Inilah kebenaran obyektif. Seperti dikatakan Poedjawijatna. pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang obyektif.

Kalau saya mengatakan bahwa di luar sedang hujan, proposisi itu benar jika apa yang saya katakan memang sesuai dengan fakta. Jadi, ketika saya mengucapkan kalimat itu, hujan sedang turun. Kalau hujan tidak turun, apalagi sedang panas terik, maka proposisi itu tidak benar.

3. Tiga Jenis Kebenaran

Ada tiga jenis kebenaran, yakni kebenaran epistemologis, kebenaran ontologis, dan kebenaran semantik. Kebenaran epistemologis berkaitan dengan pengetahuan, kebenaran ontologis berkaitan dengan hakikat sesuatu, dan kebenaran semantik berkaitan dengan tutur kata atau bahasa. Di bawah ini diuraikan secara singkat setiap jenis kebenaran.

3.1. Kebenaran Epistemologis

Disebut juga kebenaran logis.. Yang dipersoalkan di sini ialah apa artinya pengetahuan yang benar? Atau, kapan sebuah pengetahuan disebut pengetahuan yang benar? Jawabannya: bila apa yang terdapat dalam pikiran subyek sesuai dengan apa yang ada dalam obyek.

3.2. Kebenaran Ontologis

Kebenaran ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari obyek. Misalnya, kita mengatakan batu adalah benda padat yang keras. Ini sebuah kebenaran ontologis, sebab batu pada hakikatnya merupakan benda padat yang sangat keras. Mariusia yang benar adalah manusia yang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.Kebenaran ontologis dapat dibedakan menjadi:

3.2.1. Kebenaran Ontologis Esensialis: menyangkut sifaat dasar atau kodrat sesuatu

3.2.2. Kebenaran Ontologis Naturalis: menyangkut kodrat seperti yang diciptakan Tuhan

3.2.3. Kebenaran Ontologis Artifisial: menyangkut kodrat yang diciptakan oleh manusia.

3.3. Kebenaran Semantik

Kebenaran ini berkaitan dengan pemakaian bahasa. Ini tergantung pada kebebasan manusia sebagai makluk yang bebas melakukan sesuatu. Bahasa merupakan ungkapan dari kebenaran.

4. Teori-teori Kebenaran
Ada tiga teori utama tentang kebenaran, yaitu teori korespondensi, koherensi, dan pragmatis. Berikut diuraikan secara ringkas ketiga teori tersebut.

4.1. Teori Korespondensi

Teori ini mengatakan bahwa suatu proposisi benar kalau proposisi itu sesuai dengan fakta. Kalau saya mengantakan bahwa salju berwarna putih, pernyataan itu benar jika fakta menunjukkan bahwa salju berwarna putih. Teori ini dianut terutama oleh kaum idealis, seperti F.H. Bradley. Harap diingat, bahwa definisi tentang kebenaran yang dikemukakan di depan, pada dasarnya merupakan teori korespondensi. Teori ini diterima oleh kalangan luas.

4.2. Teori Koherensi

Para penganut teori koherensi mengatakan bahwa suatu proposisi benar jika proposisi itu berhubungan (koheren) dengan proposisi-proposisi lain yang benar. Karena sifatnya demikian, teori ini mengenal tingkat-tingkat kebenaran. Di sini derajat koherensi merupakan ukuran bagi derajad kebenaran. Tetapi teori ini punya banyak kelemahan dan mulai ditinggalkan. Misalnya, astrologi mempunyai sistem yang sangat koheren, tetapi kita tidak menganggap astrologi benar.

4.3. Teori-teori Pragmatis

Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa suatu proposisi benar jika dilihat dari realisasi
proposisi itu. Jadi, benar-tidaknya tergantung pada konsekucnsi. Kebenaran, kata Kattshoff, merupakan gagasan yang benar dan dapat dilaksanakan dalam suatu situasi. Jadi, kata kunci untuk teori-teori pragmatis ialah "dapat dilaksanakan" dan "berguna". Jadi, para penganut teori itu mengatakan bahwa benar-tidaknya sesuatu bergantung pada dapat-tidaknya proposisi iiu dapat dilaksanakan, dan apakah proposisi itu berguna.

5. Sifat-sifat Kebenaran Ilmiah

Kebenaran ilmiah diperoleh melalui prosedur baku di bidang keilmuan yakni metodologi
ilmiah.Teori manakah yang berlaku bagi kebenaran ilmiah? Pada kebenaran ilmu-ilmu alam berlaku teori korespondensi, sedangkan pada kebenaran ilmu-ilmu manusia terlaku teori koherensi.

Pada ilmu-ilmu alam, fakta obyektif mutlak diperlukan untuk membuktikan setiap proposisi atau pernyataan. Oleh sebab itu, kebenaran adalah kesesuaian antara proposisi dan fakta obyektif. Sebaliknya, pada ilmu-ilmu manusia, yang dituntut ialah konsistensi dan koherensi antarproposisi.

Kebenaran ilmiah bersifat obyektif dan universal. Bersifat obyektif, artinya kebenaran sebuah teori ilmiah (atau aksioma dan paradigma) harus didukung oleh kenyataan obyektif (fakta). Itu berati, kebenaran ilmiah tidak bersifat subyektif. Kebenaran ilmiah bersifat universal sebab kebenaran ilmiah merupakan hasil konvensi dari para ilmuwan di bidangnya. Hanya dengan demikian, kebenaran ilmiah dapat dipertahankan. Hal ini mengandaikan pula bahwa tidak tertutup kemungkinan suatu teori yang dianggap benar suatu waktu akan gugur oleh hasil penernuan baru. Biasanya, dalam kasus seperti ini dilakukan penelitian ulang dan pengkajian yang mendalam. Dan, kalau penemuan baru (yang menolak kebenaran lama) bisa dibuktikan kebenarannya, maka kebenaran lama harus tiitinggalkan. Itupun membutuhkan konvensi path ilmuwan. Alasan mengapa kebenaran ilmiah juga bersifat relatif ialah karena rasio manusia terbatas. Ilmu, dan teknologi, mengalami perkembangan tidak sekaligus dan final, tapi tahap demi tahap. Lebih sering suatu kebenaran berarti kebenaran sementara (Tim UGM, 121-12,3).

6. Rangkuman
Sebagai rangkuman dari pembahasan di atas, kita dapat mengemukakan beberapa hal di bawah ini:
6.1. Kebenaran merupakan tujuan dari setiap pengetahuan dan ilmu. Kebenaran yang dituju oleh ilmu ialah kebenaran ilmiah.


6.2. Kita membedakan tiga jenis kebenaran, yakni kebenaran epistemologis, kebenaran ontologis, dan kebenaran setnantik. Kebenaran epistemologis (logis) berkaitan dengan kebenaran pengetahuan, kebenaran ontologis berkaitan dengan kodrat obyek, dan kebenaran semantik berkaitan dengan penggunaan bahasa.


6.3. Ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang apa itu kebenaran (kapan suatu proposisi disebut proposisi yang benar), yakni teori korespondensi (proposisi itu benar kalau ada kesesuaian/korespondensi antara proposisi dan fakta), teori koherensi (proposisi benar kalau koheren/)erhubungan dengan proposisi lain yang benar), clan teori pnagmatis (proposisi benar kalau dilihat dari konsekuensinya). Ketiga teori itu hanyalah merupakan teori utama dari sekian banyak teori yang pernah dikemukakan untuk menjelaskan apa itu kebenaran.


6.4. Kebenaran ilmiah bersifat obyektif dan universal.

0 komentar:

Post a Comment

 

Komentar

  • Vincent Griffin on teknologi transportasi
    I enjoyed readiing this
  • Anonymous on matematika ekonomi bagian 1 model
    SAYA MERASA SANGAT TERBATU TRIMAKASI BOS
  • SURYANTO SURYANTO on bekal dari sang motivasi
    Saya Suryanto dari Indonesia di Kota Palu, saya mencurahkan waktu saya di sini karena janji yang...(more)
  • RIKA NADIA on bekal dari sang motivasi
    Halo semuanya, saya Rika Nadia, saat ini tinggal orang Indonesia dan saya warga negara, saya...(more)
  • Ny. SISKA WIBOWO on bekal dari sang motivasi
    Halo semuanya, Nama saya Siska wibowo saya tinggal di Surabaya di Indonesia, saya seorang...(more)

Postingan Terakhir