Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Sunday, May 30, 2010

Studi Kepustakaan Dalam Disiplin Ilmu Akuntansi

Sunday, May 30, 2010

A. PENGANTAR PENELITIAN KEPUSTAKAAN
Banyak penulis muda ragu-ragu apakah studi Kepustakaan (literatur) juga termasuk dalam kategori penelitian. Bahkan dikalangan para dosen mudapun juga takut, jangan-jangan hasil penelitiannya yang didasarkan pada studi kepustakaan tidak akan dapat masuk dalam kum B (tentang karya akademik). Persoalan ini hares mendapat kejelasan mengingat adanya anggapan bahwa karya penelitian yang berdasarkan studi kepustakaan seringkali dimasukkan dalam kategori makalah ilmiah yang bobot kumnya jauh lebih rendah. Dipihak lain, para dosen pembimbing juga ragu-ragu membimbing skripsi yang berdasarkan studi kepustakaan tersebut. Mengingat kemungkinan team penguji skripsi belum tentu sarna persepsinya terhadap studi kepustakaan tersebut.

Keragu-raguan berbagai pihak mengenai keabsahan studi kepustakaan sebagai suatu karya ilmiah muncul, mungkin karena metode tersebut tidak populer saja untuk disiplin ilmu tertentu (misalnya, bidang akuntansi). Hal ini terlihat dari kenyataan bahwasannya studi kepustakaan tidak diajarkan sec ara mendalam sebagai salah satu materi matakuliah metodologi penelitian. Sebagai akibatnya para mahasiswa tidak mengenal teknik penelitian ini. Maha¬siswa jurusan akuntansipun akhirnya juga tidak mengenal studi kepustakaan sebagai salah satu metode penelitiannya. Dalam disiplin ilmu sosial lainnya. seperti bidang sastra dan bidang hukum penggunaan studi kepustakaan bukanlah sesuatu yang aib. Pengkajian terhadap hikayat Hang Tuah, Kajian terhadap Surat-surat R.A. Kartini dan pengkajian terhadap kitab-kitab kuno lainnya, merupakan contoh bagaimana metodologi ini digunakan. Karya semacam ini tentu berdasarkan kepustakaan dan dokumentasi yang ditemukan dan publikasi selama tokoh tersebut masih hidup. Jadi, masalahnya bagaimana metodologi ini diterapkan, kiranya perlu dikembangkan lebih jauh.

Para pakar disiplin akuntansi (di Indonesia), jarang menggunakan studi pustaka, mungkin metodologi tersebut sering dianggap kurang sahih. Kalaupun digunakan, biasanya hanya terbatas pada saat menyajikan makalah, yang herarti tidak melakukan peneelitian dengan sepenuhnya. Padahal bagi para pemula (termasuk para mahasiswa yang sedang menyusun skripsi) metodologi ini amat berguna, terutama guna pemahaman berbagai konsep guna pendalaman ilmunya kelak. Saya yakin selama metodologi ini digunakan untuk kepentingan pendidikan kader ilmuwan, metode ini masih dapat dipertanggungjawabkan.

B. STUDI KEPUSTAKAAN DAN PERMASALAHANNYA

Studi kepustakaan, adalah salah bentuk metodologi penelitian yang menekankan pada pustaka sebagai suatu objek studi. Pustaka pada hakekatnya merupakan hasil olah budi manusia dalam bentuk karya tertulis (litteracy) guna menuangkan gagasan /ide/pandangan hidupnya dari seseorang ataupun sekelompok orang. Penelitian terhadap kepustakaan bukan berarti melakukan penelitian terhadap bukunya, tetapi lebih ditekankan kepada esensi yang terkandung dalam buku tersebut. Mengingat berbagai pandangan yang diungkapkan dalam karya seseorang atau sekelompok orang selalu ada variasinya. Dengan demikian studi kepustakaan dilakukan dengan penelaahan gagasan para pakar (pakar lain), konsepsi yang telah ada, aturan (rule) yang mengikat objek ilmu beserta profesinya. Studi ini dimaksudkan untuk menganalisis sesuatu masalah yang menjadi topik karya penelitian ataupun konsepsi tersebut. Dengan memperhati¬kanpengertian tersebut, studi pustaka harus menggunakan sistematika dan proses penelitian yang jelas serta menggunakan alat-alat analisis yang jelas pula.

Studi kepustakaan sebagai suatu proses penelitian meliputi aktivitas sebagai berikut:

a. Pengumpulan bahan-bahan (di perpustakaan) dan perumusan ide penelitian,
b. Penyusunan Proposal penelitian,
c. Kompilasi data, klasifikasi data, analisis data, dan penyusunan rerangka analisis terha-dap fakta yang telah ditemukan.
d. Penyusunan kesimpulan.

Sistematika dalam studi literatur dimaksudkan sebagai proses penelitian dengan menggunakan metode, pendekatan, cara, serta alat analisis yang terancang dan diterapkan dengan ajeg. Antara sistematika dengan proses penelitian sebenarnya tidak dapat dipisahkan, mengingat proses penelitian sebetulnya merupakan penjabaran dari sistematika penelitian itu sendiri. Mengenai alat-alat analisis yang hams digunakan tentu saja pendekatan dengan studi kepustakaan ini akan berbeda pola kerjanya bila dibandingkan dengan studi non-kepusta¬kaan. Alat-alat uji statistik misalnya, sangat sulit diterapkan dalam studi kepustakaan. Terkecuali apabila peneliti ingin melakukan analisis data statistik secundair.

Lalu alat-alat uji dalam studi kepustakaan tersebut bagaimana bentuknya? Rupanya masalah ini kebanyakan tidak diajarkan kepada para mahasiswa dan juga tidak banyak buku teks yang membahas metodologi penelitian tersebut. Pengajaran metodologi penelitian ini sebetulnya jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan pengajaran menggunakan pendekatan statistikal, justru karena analisisnya bersifat kualitatip. Dengan studi kepustakaan yang dengan sendirinya menggunakan pendekatan kualitatip, maka alat-alat uji statistika jarang digunakan. Alat-alat analisis dalam studi kepustakaan antara lain:

1. Analisis komparasi, yaitu dengan cara membandingkan objek penelitian dengan konsep pembanding. Dalam penelitian ini akan dihasilkan dua kemungkinan (a) simpulan menyatakan bahwa konsep yang diteliti sama dengan konsep pembandingnya, dan (B) simpulan menyatakan ketidaksamaan konsep yang dibandingkan.
2. Analisis historis, yaitu dengan cara melakukan analisis kejadian-kejadian di masa yang lalu untuk mengetahui kenapa dan bagaimana suatu peristiwa itu telah terjadi. Hasil
yang ditemukan bermanfaat untuk menentukan apakah rentetan kejadian tersebut sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Tentu pendekatan ini jarang digunakan, namun demikian pendekatan studi kepustakaan ini sangat baik guna mengasah kemampuan analisis dan pendalaman materi teori akuntansi. Sebab, peneliti dituntut cermat membaca, cermat menafsirkannya, cermat menganalisis hubungannya dan cermat dalam membuat simpulan.

1. Analisis Komparasi.

Alat analisis semacam ini biasanya digunakan untuk penelitian yang bersifat studi kasus. Tujuan utama penelitian semacam ini adalah membandingkan apakah kasus yang diteliti mempunyai persamaan dengan konsep pengujinya. Alat-alat yang digunakan untuk menguji dalam penelitian ini antara lain; doktrin, postulat, dalil, dan teori yang ada pada khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya maupun berlaku khusus untuk disiplin ilmu tertentu. Sebagai contoh; seorang peneliti ingin menguji apakah basic acounting prinsiple pertama yang dikemukakan oleh Paul Grady dapat diterima oleh masyarakat akuntansi di Indonesia. Pertanyaan si peneliti tersebut dapat dijawab dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatip dan pendekatan kualitatip. Pendekatan kuantitatip menggunakan alat uji statistika dengan cara mengumpulkan opini masyarakat akuntansi di Indonesia (salah satu cara). Pendekatan kualitatip dapat dilakukan dengan mempelajari publikasi yang telah dikeluarkan oleh ikatan profesi, maupun pendapat para pakar yang dianggap layak. Dengan pendekatan ini tidak dapat dihindarkan, peneliti hams menggali kepustakaan akuntansi sejak sebelum pemikiran Grady lahir sampai perkembangan teori akuntansi yang mutakhir di Indonesia.

Masalahnya kemudian, setiap peneliti hams menentukan alat uji contoh kasus tersebut. Bentuk alat uji yang dianggapnya tepat dilakukan dengan mengidentifikasi teori yang sekiranya mampu menjawab pertanyaan tersebut. Misalnya, menggunakan pendekatan pragmatik, sebagai alat analisis untuk mengupas kandungan yang ada dalam kepustakaan akuntansi tersebut. Pendekatan pragmatik didasarkan pada teori pragmatisme, yaitu teori perilaku yang mendasarkan nilai guna pada saat itu. Dengan demikian sesuatu itu dianggap baik (dan benar), kalau pada saat itu memang mempunyai nilai guna yang tinggi; meskipun dikelak kemudian hari mungkin akan berakibat yang tidak baik. Pendekatan pragmatik ini, setahap demi setahap (dengan sistimatis) digunakan sebagai basis analisis untuk memahami apakah praktik yang berlaku ataupun gagasan tersebut dapat diterima oleh teori yang digunakan sebagai alat analisis. Seorang peneliti akhimya dapat menyimpulkan, bagaimana gagasan Paul Grady tersebut dimata para pakar di Indonesia. Tentu saja, menguraikan temuan-temuan dengan pendekatan studi kepustakaan tersebut sangat sulit bagi peneliti yang jarang (dan tidak terlatih) menulis karya ilmiah.

2. Historical Analysis (Analisis Kesejarahan)

Historical tidak sama pengertiannya dengan historis, oleh karena itu untuk membedakan pengertian dengan ilmu sejarah, kata historical ditérjemahkan dengan kata kesejarahan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, historical research methode ini diterjemahkan menjadi metode penelitian kesejarahan. Penelitian kesejarahan adalah pengumpulan data secara sistematik dan penilaian secra objektip mengenai kejadian dimasa lalu untuk melakukan pengujian hipotesa mengenai sebab-sebab, pengaruhnya, dan kecenderungan kejadian yang telah berlalu untuk mendapatkan kejelasan permasalahannya dan memprediksi kemungkinan dimasa yang akan datang.

Penelitian akuntansi maupun bisnis, dapat menggunakan metode kesejahrahan ini guna menganalisis kejadian-kejadian di masa lalu dan untuk memprediksi kebijakan yang akan ditempuh dimasa yang akan datang. Seorang manajer baru tentu tidak akan dapat merumus¬kan kebijaksanaannya dengan baik tanpa melihat aspek kesejarahan yang ada pada perusa¬haan yang dipimpinnya. Dia haraus mempelajari perilaku personel yang dipimpinnya, produk yang dijualnya, karakter pasar yang dirnilikinya, dan lain-lain. Kesemuanya ini akan dipahaminya melalui penelitian kesejarahan baik yang dilakukannya sendiri maupun oleh stafnya.

Langkah-langkah dalam penelitian kesejarahan, juga tidak akan jauh berbedaa dengan metode penelitian yang lainnya antara lain:
1. Difinisi Permasalahan.
2. Memformulasikan Hipotesa (atau pertanyaan yang akan dijawab).
3. Sistimaktika pengumpulan data.
4. Tujuan evaluasi data.
5. Konfirmasi dan diskonfirmasi hipotesa (analisis).

Dalam penelitian kesejahrahan, si peneliti tidak hams melakaukan kontrol terhadap variabel-variabel yang ditelitinya, tetapi lebih ditekankan pada masalah bagaimana menggabungkan serta memunculkan fakta yang relevan dengan fenomena yang ada. Persoa¬lan yang sering muncul dalam penelitian kesejarahan adalah bagaimana si peneliti menghilangkan unsur subjektivitas yang ada pada dirinya sendiri. Subjektivitas ini seringkali muncul, karena seorang peneliti biasanya sudah mempunyai value judgement sendiri; terlebih apabila si peneliti ikut terlibat didalamnya dalam proses pengambilan keputusan.

C. OBYEK STUDI KEPUSTAKAAN

Studi kepustakaan dalam disiplin akuntansi sebetulnya sama saja dengan disiplin ilmu sosial lainnya. Sebagaimana halnya disiplin ilmu sosial lainnya terutama menyangkut obyek teori dan konsep yang ada, pemikiran para pakar, aspek regulasi dan aspek praktik yang ada dewasa ini. Khusus di Indonesia, mengingat disiplin akuntansi masih relatip muda, aspek kebahasaan mempunyai peranan yang sangat penting untuk diteliti.

Beberapa masalah yang perlu penelitian mendalam dalam displin akuntansi antara lain sebagai berikut ini:

1. Pembahasan terhadap konsep ataupun teori yang telah ada.

Baik konsep ataupun teori akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai dasar untuk membentuk standar akuntansi. Apabila konsep dan teori berubah, maka dasar dasar penyusunannyapun juga akan berubah. Masalahnya, apakah konsep dan teori tersebut memang relevan dengan situasi dan kondisi yang belaku di Indonesia, mengingat masyarakat yang membentuk budaya akuntansi juga sangat berbeda. Ini berarti dalam hal penelitian terhadap konsep ataupun teori tersebut, permasalahannya adalah:

a. Kesesuaian terhadap perkembangan terbaru, berkaitan dengan pertanyaan apakah teori tersebut masih relevan dengan situasi yang telah berubah.
b. Mungkinkah suatu konsep dikembangkan lebih jauh. Terlihat bila suatu konsep lama ditinggalkan ternyata menjadi relevan dengan keadaan yang terbaru dengan diketemukannya suatu konsep yang lebih mutakhir.

Sebagai contoh: kemungkinan pengembangan teori akuntansi adalah pengembangan konsep pencatatan berpasangan menjadi pencatatan tiga dimensi (Ijiri; triple entry bookkeping). Penelitian terhadap konsep ini mengandung potensi yang cukup memungkinkan dalam pengembangan teori akuntansi maupun praktik akuntansi. Meskipun penelitian semacam ini tidaklah mudah.

2. Pembahasan terhadap gaya pemikiran seorang pakar.

Pemikiran seseorang sangat berpengaruh dalam pembentukan suatu teori. Telaah terhadap buah karya seorang paKar yang mampu menelorkan teori sangat penting untuk diteliti. Sebagai contoh, bagaimana pemikiran Luca Pacioli melahirkan konsep double entry bookkeping, sangat penting untuk dipelajari untuk mengembangkan konsep itu sendiri. Lihat pula Patton dan Littleton yang dengan pendekatan deduktipnya mampu merumuskan konsep dasar akuntansi berdasarkan praktik akuntansi yang terjadi di Amerika Serikat. Buku karya mereka berdua mampu member; warna tcrsendiri terhadap disiplin akuntansi hingga kini.

3. Aspek hukum positip terhadap standar akuntansi.

Hukum positip yang berlaku pada setiap negara akan selalu berbeda-beda. Hal ini disebabkan sistem hukum yang berlaku tergantung pada filosofi suatu negara, sistem politik, serta lingkungan yang membentuk negara tersebut. Hukum positip yang berlaku pada suatu negara secara jelas mempengaruhi hagairnana perlakuan. akuntansi dalam setiap transaksi bisnis. Ini akan berakibat anabila st stem hukumnya berbeda, maka perlakuan akuntansinya-pun juga akan berbeda-heda pula. Tull san dan penelitian yang menyoroti aspek hukum dalam standard akuntansi di Indonesia ini masih sangat jarang, mengingat pengurus Ikatan Akuntan Indonesia cenderung mengambil jalan pintas dengan mengadopsi standar akuntansi yang berlaku.di suatu negara (dalam hal ini masyarakat akuntansi di Amerika Serikat). Tentu saja cara kerja ini mengandung kelemahan, akuntansi yang ada di Indonesia didasarkan pada sistem kapitalistik tetapi kenyataan sebagian sistem hukum kita masih berdasarkan sistem sosialistik. Sebagai contoh, dalam kasus tanah dan hak atas tanah, yang ternyata Undang-undang Pokok Agraria secara jelas menyatakan Sosialime sebagai dasar pembentukan undang-undang tersebut. Tentu saja standar akuntansi yang lahir di negeri Amerika Serikat tidak mengenal Sosialisme, mengingat konsep dasarnya adalah masyarakat dan struktur pemerintahan hams menghargai dan melindungani hak kekayaan pribadi. Banyak hal akan terjadi karena perbedaan kedua sistem tersebut dan mengandung fenomena akuntansi.

4. Aspek kebahasaan dalam pengembangan akuntansi.
Aspek kebahasaan sangat penting untuk diteliti, mengingat banyak sekali peristilahan akuntansi yang salah-kaprah. Dugaan kesalah-kaprahan ini disebabkan oleh beberapa faktor yang antara lain:

a. Hal ini tirnbul karena praktik akuntansi yang ada sebagian merupakan warisan praktik di jaman penjajahan Belanda yang di Indonesiakan dengan tidak mempertimbangkan dari sisi akademik.
b. Ilmu akuntansi merupakan pengetahuan yang masih asing bagi budaya bangsa Indonesia, sehingga belum menjadi kebiasaan sehari-hari. Mengingat memang tidak mempunyai budaya tersebut, masyarakat tidak mempunyai apresiasi peristilahan akuntansi yang terkait. Hal ini menyebabkan sulit mencari padanan kata yang sesuai dengan struktur bahasa Indonesia serta khasanah bahasa secara keseluruhan.
c. Bahasa Indonesia itu sendiri merupakan bahasa yang sedang tumbuh untuk menjadi bahasa persatuan dan juga bahasa ilmu pengetahuan. Mengingat bahasa Indonesia masih relative muda dibandingkan dengan bahasa dunia lainnya, belum banyak kata-kata ataupun rekayasa kata yang dihasilkan.
d. Praktik akuntansi di Indonesia sudah terlanjur menggunakan istilah teknis (jargon) yang umum digunakan, meskipun tidak didasarkan rerangka berpikir yang konseptual. Dalam pengajaran akuntansi seringkali pengajar dihadapkan dengan persoalan peristila¬han dalam bahasa Indonesia yang membingungkan. Hal ini mengingat pemilihan kata dalam khasanah bahasa Indonesia apabila dibandingkan dengan terminologi dari bahasa asal masih terasa kurang cocok.

Sebagai akibat dari alasan di atas, penggunaan istilah teknis akuntansi perlu dikodi¬fikasikan dengan baik. Tentu raja istilah teknis tersebut tidak boleh direkayasa dengan sembarangan sesuai dengan selera para pakar/ penulis buku. Saya berpikir bahwa semua istilah teknis akuntansi hendaknya mempunyai argumentasi yang tepat ditinjau dan aspek kebahasaannya. Telaah aspek kebahasaan ini mencakup dua bidang penelitian, yaitu:
a. Memberikan justifikasi terhadap peristilahan yang sudah tepat. Dalam konteks peneli¬tian kebahasaan ini istilah yang sudah berterima perlu diuji apakah mempunyai argumen yang tepat sehingga tidak perlu direkayasa istilah baru.
b. Merekayasa istilah akuntansi yang dianggap masih meragukan. Terhadap istilah yang belum dapat diteliti adakah suatu istilah dapat mewakili makna yang sebenarnya.

Memperhatikan ke empat butirpermasalahan di atas, sebenamya terlihat studi kelayakan mempunyai ladang yang cukup luas dalam disiplin akuntansi. Masalahnya adalah, rujukan yang digunakan dalam penelitian ini dipandang masih belum memadai. Inilah kiranya tantangan para pakar/cendekiawan bidang akuntansi di Indonesia.

D. PROPOSAL STUDI KEPUSTAKAAN

Barang kali, kesulitan utama seseorang dalam menyusun studi kepustakaan adalah mencari bahan penelitian. Bahan-bahan penelitian pada umumnya tersimpan di perpustakaan, yang tentunya di Indonesia masih banyak yang belum mampu memenuhi kebutuhan. Khasanah pustaka yang dapat digali, antara lain (a) publikasi ilmiah, (b) jurnal ilmiah, (c) ringkasan laporan penelitian, (d) micro film dan lain-lain. Disamping dari perpustakaan bahan-bahan dapat diperoleh dari museum, Arsip Nasional, Lembaran Negara dan dokumen resmi lainnya. Pada perpustakaan yang sudah maju tersimpan berbagai macam dokumentasi penelitian yang sudah terklasifikasi. Dengan tersedianya informasi yang memadai, para peneliti cukup hanya dengan menggali publikasi tersebut sebagai bahan utama penelitiannya.

Persoalan kedua adalah penyusunan proposal penelitian, yang tentunya akan berbeda bentuknya dengan penelitian empirik. Dalam penelitian empirik, gagasan penelitian dapat muncul begitu saja, tanpa disertai bacaan yang cukup, sepanjang peneliti dapat melihat fenomena yang dihadapinya. Fenomena yang menjadi esensi gagasannya tersebut, segera dikonfirmasi dengan teori yang mendukungnya. Nah, dan sini si peneliti baru mulai mencari dukungan literatur.

Dalam penelitian kepustakaan, situasinya justru terbalik. Peniliti justru harus membaca bahan pustaka sebanyak-banyaknya. Dalam menggali bahan kepustakaan peneliti harus mempunyai sikap kritis terhadap pendapat para penulis terdahulu, dengan maksud agar Dia bisa merekonstruksikan gagasannya dengan lebih baik. Dengan memperhatikan thema penelitian yang diyakininya barn kemudian mencoba merumuskan temuan-temuan apa selama menggali sumber-sumber kepustakaan. Dari beberapa alternatif yang dipandang memungkinkan, peniliti barn mereka-reka gagasan penelitian apa yang ingin divangkapkan lebih jauh. Dengan demikian langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum menulis proposal penelitian adalah:

1. Tentukan bidang studi yang benar-benar menjadi favorit Anda dan benar-benar menguasainya, dan tentukan sebagai bidang garap tugas akhir.
2. Setelah memilih bidang/thema penelitiannya, carilah buku-buku teks maupun referensi yang menunjang thema tersebut. Misalnya, thema penelitian dibidang pengauditan (auditing) maka informasi yang harus dicari adalah:
• Buku-buku teks dan referensi auditing (baik berbahasa Indonesia dan Asing), lalu telusuri daftar pustakanya. Dari penelusuran bahan-bahan ini Anda akan memperoleh bahan bacaan yang sangat memadai.
Memperoleh jurnal ilmiah (misal: Jurnal Akuntansi dan Manajemen -STIE YKPN, Accounting Research Journal, dan lain-lain), dan selanjutnya carilah topik-topik yang membahas masalah pengauditan.
Gunakan buku-buku hasil kodifikasi standar yang ditetapkan oleh profesi (baik di Indonesia maupun di negara lainnya).
• Jangan lupa gunakan kamus (umum maupun peristilahan khusus) bila menemukan masalah-masalah semantikal.

3. Dari buku teks dan referensi yang bermacam-macam tersebut carilah masalah-masalah yang mengandung kontroversi (pro dan kontra. Masalah semacam ini biasanya akan menimbulkan ide/gagasan penelitian menjadi muncul dengan sendirinya, misalnya:
• Hubungan antara auditor dengan kode ethik profesi akuntan.
• Bagaimana akuntan harus menjaga independensinya selama menjalankan tugas profesionalnya.
• Bagaimana perumusan opini akuntan pemeriksa terhadap laporan keuangan yang tidak didasarkan pada buku Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia

4. Lakukan seleksi di am ara berbagai thema tersebut, dan tentu diantara berbagai altematip thema penelitian anda ada salah satu judul yang menarik. Kalau gagasan Anda sudah terformulasikan segeral ah konsultasi dengan pembimbing.

5. Jika sang pembimbing sudah setuju dengan thema yang Anda ajukan, segeralah buat naskah proposal penelitian.

Semua informasi yang dipandang penting harus dicatat, tidak hanya simpulan dari idenya saja, tetapi harus pula dicatat identifikasi buku/sumber yang dibacanya tersebut. Dalam rangka mendokumentasi temuan-temuannya, disarankan menggunakan kartu pos. Cara penggunaannya, catatlah di bagian atas cumber referensi penting dan berupa ringkasan isi temuan Anda. Cara ini akan memudahkan si peneliti dalam merekonstruksi gagasannya dalam penyusunan usulan proyek penelitian serta laporan hasil penelitiannya.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan proposal penelitian dalam studi kepustakaan adalah sebagai berikut:

1. Ruang lingkup penelitian dan permasalahannya.
Apa yang dicari dalam? pen& itian pustaka ini tentu akan berbeda dengan penelitian yang bersifat empirik. Hai ini mon,11-rzgat kepustakaan menyangkut dokumentasi karya orang lain, sumber-sumber resmi dirna;,1 yang lalu dan fakta yang berupa data statistik yang terbit dtmasa yang lalu. Uraian Nang lingkup penelitian menyangkut pentingnya suatu obyek penelitian hams diteliti dengan menggunakan studi kepustakaan. Disamping itu perlu pula diuraikan bagaimana teiaah pustaka sehubungan dengan obyek penelitian yang diajukan tersebut. Telaah ini untuk menjelaskan, hubungan teoritikal ohiek penelitian yang diajukan dengan kerangka teoritik yang dibangun dalam disiplin akuntansi.

2. Penentuan tujuan penelitian.
Perumusan tujuan penelitian didasarkan pada latar belakang penelitian yang telah dikemukakan dalam butir di atas. Tujuan penelitian ini, dimaksudkan untuk menunjukkan arah yang akan dicapai dalam proposal penelitian Mi. Maksudnya penelitian harus menentukan dengan pasti tentang sesuatu obyek yang akan ditelitinya. Sekaligus mengkomunikasikan kepada pembimbing (pihak lain), mengenai target yang bakal dicapai dal am peneliti an tersebut.

3. Periunya hipothesis.
Hipothesa sangat penting dikemukakan dalam berbagai penelitian, terutama penelitian yang bersifat empirik. Dalam studi kepustakaanpun dipandang perlu dikemukakan rumusan hipotesa guna menjelaskan arah kesimpulan yang akan dicapai dalam penelitian tersebut.

4. Teknik analisis yang digunakan.
Peneliti hendaknya menjelaskan teknik analisis yang akan digunakan dalam melakukan penelitian kepustakaan, dengan maksud memberikan gambaran apakah teknik penelitian yang akan digunakan memang layak. Hendaknya difikirkn dengan cermat, bahwa teknik penelitian yang dipilih tersebut memang dapat digunakan dalam objek penelitian tersebut.

5. Daftar Kepustakaan.
Daftar pustaka kiranya perlu disajikan dengan cermat. rnengingat daftar ini akan menunjukkan sampai sejauh mana keluasan bacaan dan ruang lingkup penelitian tersebut. Tentu saja tidak cukup hanya menjelaskan buku yang akan menjadi objek penelitian, lebih jauh peneliti harus pula mengungkapkan dokumen resmi apa sajakah yang harus diteliti serta berbagai bentuk publikasi khusus lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, baik sumber penelitian maupun proposalnya mempunyai peranan yang sangat penting guna menjelaskan suatu objek penelitian. Namun sebetulnya yang paling sulit menemukan gagasan suatu hal perlu diteliti. Meskipun disadari tidak hanya terbatas dalam kajian pustaka saja. Ini menunjukkan bahwa kemampuan peneliti menyerap buku-buku yang telah dibacanya memegang peranan yang sangat penting. Lebih penting dan kesediaannya untuk membaca buku, peneliti harus mempunyai keinginan tahu yang cukup tinggi, sehingga dapat mengabstraksikan ide-ide yang ditemukan selama membaca bahan¬bahan penelitian.


Selengkapnya Download Versi Pdf

Studi Kepustakaan Dalam Disiplin Ilmu Akuntansi.pdf

Anda Akan Menyukai ini :

0 komentar:

Post a Comment

 

Komentar

Postingan Terakhir